Kapitalisme Jadikan Jerat Korupsi Membudaya

Sabtu 06-04-2024,10:09 WIB
Editor : Erni Susnita

BACA JUGA:Apakah Benar Bencana Banjir dan Longsor adalah Qadarullah? inilah yang Dirasakan Warga Kabupaten Muara Enim

Karakter pembelajar yang dibangun juga bersifat sekularis, hedonis, materialis, individualis, dan pragmatis.

Maka wajar jika di sistem saat ini tidak menjamin apakah dia bergelar tinggi bebas dari tindak korupsi.

Bahkan berdasarkan fakta dilapangan, pelaku korupsi kebanyak mereka yang bergelar akademis tinggi bahkan memiliki jabatan yang mentereng,

hal ini mengonfirmasikan pada publik gagalnya sistem pendidikan dalam sistem sekuler kapitalistik.

BACA JUGA:Republik Wajah Monarki! Apakah Rakyat Memiliki Hak dan Kewajiban untuk Memilih Pemimpin Negara?

Padahal Allah sangat menentang praktik suap ataupun korupsi sebagaimana Nabi saw. bersabda, “Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap.” (HR Abu Dawud). 

Begitupun dengan pemberian hadiah kepada aparat pemerintah, Nabi saw. bersabda, “Hadiah yang diberikan kepada para penguasa adalah suht (haram) dan suap yang diterima hakim adalah kufur.” (HR Imam Ahmad).

Islam menjadikan korupsi adalah satu ke haraman, dan Islam juga memiliki mekanisme untuk mencegah korupsi dan kecurangan atas harta negara.

Dari Abi Humaid as-Sa’idi ra (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW mengangkat seorang lelaki dari suku al-Azd bernama Ibn al-Lutbiyyah untuk menjadi pejabat pemungut zakat di Bani Sulaim. 

BACA JUGA:INDONESIA DIBAWAH OLIGARKI, Istilah Pemberi Ruang Kritik Terhadap Penguasa Zalim!

Ketika ia datang (menghadap Nabi SAW untuk melaporkan hasil pemungutan zakat) beliau memeriksanya.

Ia berkata: “Ini harta zakatmu (Nabi/Negara), dan yang ini adalah hadiah (yang diberikan kepadaku).” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “jika engkau memang benar, maka apakah kalau engkau duduk di rumah ayahmu atau di rumah ibumu hadiah itu datang kepadamu?” Kemudian Nabi SAW berpidato mengucapkan tahmid dan memuji Allah, lalu berkata“ini hartamu (Rasulullah /Negara) dan ini adalah hadiah yang diberikan kepadaku.” 

Jika ia memang benar, maka apakah kalau ia duduk saja di rumah ayah dan ibunya hadiah itu juga datang kepadanya? Demi Allah begitu seseorang mengambil sesuatu dari hadiah tanpa hak,

maka nanti di hari kiamat ia akan menemui Allah dengan membawa hadiah (yang diambilnya itu), lalu saya akan mengenali seseorang dari kamu ketika menemui Allah itu ia memikul di atas pundaknya unta (yang dulu diambilnya) melengkik7 atau sapi melenguh atau kambing mengembik… (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

BACA JUGA:Siapa Sebenarnya Orang Rohingya? Berikut Penjelasan Tentang Polemik Rohingya dan Krisis Kemanusiaan

Kategori :

Terkait