BACA JUGA:Rose Quartz sebagai Solusi Alami untuk Depresi
Beberapa titik yang sudah diperbaiki cepat rusak kembali.
Hanya tambal sulam, tidak mengutamakan kualitas.
Hal ini menunjukan karakter pemimpin dalam sistem kehidupan saat ini. Sekuler dan kapitalistik menjadi pondasi dalam memimpin rakyatnya.
Sehingga, pemimpin cenderung nir empati terhadap derita rakyatnya. Misalnya, dalam kasus memperbaiki jalan yang rusak.
BACA JUGA:Lebaran 2024 Makin Seru! Polisi Siap Kawal Pemudik Motor untuk Antisipasi Macet!
Asal sudah ditinjau, diperbaiki, selesai. Perkara jalan rusak kembali, tidak menjadi persoalan.
Timbang untung rugi dan manfaat menjadi tolok ukurnya.
Tidak ada kekhawatiran jika jalan akan mencelakai warganya atau aktivitas warganya terhambat.
Berbeda dalam model kepemimpinan sistem Islam.
BACA JUGA:Ramadan 2024: Meniti Antara Tradisi & Eksplorasi Modern dalam Penetapan Awal Puasa
Sistem ini telah terbukti mampu menjadi problem solver atas berbagai problem rakyat Selama kurun 13 abad, menjadi mercusuar dunia.
Seperangkat aturannya komprehensif, dijalankan oleh tangan-tangan para pemimpin yang amanah, mampu menjadi penjaga akidah, jiwa, harta dan menyejahterakan umat. Tak terkecualai dalam mengatasi jalan yang rusak.
Kekuasaan dalam Islam terpusat sehingga seluruh jalan adalah tanggung jawab pemimpin (Khalifah), sedangkan teknis perbaikan jalan didelegasikan pada pejabat di wilayah tersebut.
Begitu perhatiannya sistem Islam terhadap urusan jalan, sehingga Khalifah Umar bin Khattab berkata ” Seandainya seekor keledai terperosok dijalan di kota Baghdad, niscaya Umar akan dimintai pertanggung jawabannya dan ditanya “Mengapa engkau tidak meratakan jalan untuknya?”
BACA JUGA:Ramadan 2024: Meniti Antara Tradisi & Eksplorasi Modern dalam Penetapan Awal Puasa