Kisah Kelam Kucing di Abad Pertengahan dan Genosida yang Memicu Wabah Tikus
SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Genosida terhadap kucing di Eropa pada abad ke-13 hingga ke-14 kembali mencuat sebagai kisah kelam dalam sejarah.
Peristiwa ini dipicu oleh pernyataan kontroversial Paus Gregorius IX, yang menyebut kucing, terutama kucing hitam, sebagai jelmaan iblis yang membawa nasib buruk.
Keyakinan ini memicu tindakan drastis masyarakat Eropa saat itu, yang dengan cepat menangkap dan membunuh kucing tanpa ampun.
Meskipun jumlah pasti kucing yang jatuh korban tidak pernah terungkap, namun dampaknya sangat luar biasa.
Kucing, yang pada masa itu merupakan pemangsa alami tikus, menjadi langka atau bahkan punah di banyak wilayah Eropa.
Konsekuensinya, populasi tikus mengalami peningkatan drastis tanpa adanya predator alami yang efektif.
Pada akhirnya, keputusan tersebut berujung pada wabah tikus yang merugikan, menyebabkan penyebaran penyakit dan krisis kesehatan masyarakat.
Banyak yang enggan menggambarkan fakta ini karena melibatkan sisi gelap abad pertengahan yang jauh dari romantisme.
BACA JUGA:Kucing Pasir, Mengenal Karakterisitik Hewan yang Unik dan Menarik, Tangguh dan Keras !
Kondisi sanitasi saat itu sangat memprihatinkan, dengan ketidakmampuan infrastruktur kesehatan untuk mengelola sampah dan limbah dengan efektif.
Contohnya terlihat di kota Bristol, yang pada saat itu menjadi kota terbesar kedua di Inggris.
Black death menerjang, dan Bristol kelebihan populasi, menyebabkan parit terbuka penuh dengan sampah rumah tangga dan kotoran tanpa penanganan yang memadai.