Pada tahun 2034, penjualan EV di China bisa mencapai 18 juta unit, sementara penjualan mobil ICE merosot tajam hingga hanya tersisa sekitar 2,93 juta unit.
Kendaraan hybrid plug-in (PHEV) juga diperkirakan akan mengalami peningkatan, dengan angka penjualan mencapai 6,05 juta unit pada tahun 2033.
Namun, meski tren EV terlihat menjanjikan, persaingan di sektor ini semakin ketat.
"Meskipun sektor EV domestik China berkembang pesat, ia juga menghadapi tantangan seperti kelebihan model, persaingan yang sengit, dan perang harga," ujar Yuqian Ding, analis dari HSBC.
BACA JUGA:Wuling Almaz RS Pro Hybrid: Inovasi Canggih yang Mengguncang Pasar SUV Tanah Air
BACA JUGA:Wuling BinguoEV: Mobil Listrik Canggih dan Terjangkau, Pilihan Tepat untuk Masa Depan!
Meski demikian, arah perjalanan jangka panjang sudah jelas, dan dominasi kendaraan listrik di China tampaknya tidak dapat dihentikan.
Dampak bagi Industri Global
Peralihan dramatis ke EV ini juga berdampak besar pada industri otomotif global.
Pabrik-pabrik yang selama ini memproduksi jutaan kendaraan ICE menghadapi pasar domestik yang semakin menyusut.
Lebih dari itu, produsen mobil asing turut merasakan pukulan keras.
BACA JUGA:Simulasi Kredit Mobil Bekas Wuling Almaz Exclusive 2020: SUV Mewah dengan Cicilan Mulai 4 Jutaan
Pangsa pasar mobil asing di China, yang mencapai 64% pada tahun 2020, diperkirakan turun drastis menjadi hanya 37% pada tahun 2024.
Perubahan ini mencerminkan preferensi konsumen China yang semakin condong pada kendaraan listrik lokal.
Hal ini tentu saja menjadi ancaman serius bagi produsen mobil dari Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat yang selama ini mengandalkan pasar China sebagai sumber pendapatan utama mereka.