Menariknya, bahkan individu dengan lingkar pinggang ramping tetapi tidak memenuhi standar WHO tetap mengalami peningkatan risiko kanker sebesar 4 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor gaya hidup secara keseluruhan, termasuk pola makan, aktivitas fisik, dan pengelolaan berat badan, berperan besar dalam menentukan risiko terkena kanker.
Lebih lanjut, penelitian ini juga menemukan bahwa individu yang memiliki lingkar pinggang besar dan tidak aktif secara fisik menghadapi peningkatan risiko kanker hingga 15 persen.
Data ini menguatkan bahwa menjaga kesehatan tidak bisa hanya berfokus pada satu aspek saja, tetapi harus dilakukan secara menyeluruh.
BACA JUGA:Biji-Bijian Utuh: Sumber Nutrisi Kaya untuk Ibu Menyusui
BACA JUGA:Perjuangan Ibu Menyusui dalam Memperlancar ASI
Pentingnya Menjaga Lingkar Pinggang dan Pola Hidup Sehat
Profesor Michael Leitzmann, peneliti utama dalam studi ini dari Universitas Regensburg, Jerman, menekankan pentingnya mengatasi beberapa faktor risiko secara bersamaan.
Menjaga ukuran pinggang yang direkomendasikan dan tetap aktif secara fisik sangat penting untuk pencegahan kanker," ujarnya.
Menurutnya, temuan ini mengingatkan kita akan pentingnya perubahan gaya hidup yang praktis dan dapat dicapai.
Penelitian ini menegaskan bahwa perubahan gaya hidup yang kecil tetapi konsisten dapat memberikan dampak besar terhadap kesehatan dalam jangka panjang,” tambahnya.
BACA JUGA:Air Soda: Minuman Berkarbonasi yang Bisa Bantu Turunkan Berat Badan?
BACA JUGA:Melawan Kanker dan Menjaga Kesehatan Jantung: Manfaat Luar Biasa dari Buah Rambutan
Dengan kata lain, hanya berolahraga saja tidak cukup untuk menghindari risiko kanker jika lingkar pinggang tetap berada di atas batas ideal.
Demikian pula, menjaga lingkar pinggang ramping tetapi tidak aktif secara fisik juga tetap berisiko.
Oleh karena itu, kombinasi antara pola makan sehat, olahraga teratur, serta pemantauan berat badan adalah langkah yang lebih efektif dalam pencegahan kanker.