Namun, bocoran dari Geekbench 6 menunjukkan bahwa skor multi-core perangkat ini lebih rendah dibandingkan dengan model Galaxy S25 lainnya.
Penyebab utama dari hal ini adalah ruang pendinginan yang terbatas, mengingat bodinya yang sangat tipis.
Hal ini bisa berdampak pada performa saat menjalankan aplikasi berat atau game dengan grafis tinggi, di mana potensi throttling akibat panas menjadi lebih besar dibandingkan dengan flagship yang lebih tebal.
Kapasitas Baterai Kecil, Pengisian Daya Terbatas
BACA JUGA:Pengalaman Menonton dan Gaming yang Lebih Imersif dengan Samsung Galaxy A56
BACA JUGA:Samsung Galaxy A56 vs Galaxy A55: Keunggulan Layar untuk Penggunaan di Luar Ruangan
Salah satu kompromi terbesar pada Galaxy S25 Edge adalah sektor baterai. Dengan desain ultra-tipis, Samsung hanya mampu membekali perangkat ini dengan baterai 3.900mAh, yang tergolong kecil untuk standar ponsel flagship saat ini.
Sebagai perbandingan, Galaxy S25 reguler diprediksi memiliki kapasitas baterai di atas 4.500mAh, sementara Galaxy S25 Ultra kemungkinan lebih besar lagi.
Selain itu, Samsung hanya menyematkan pengisian daya 25W, yang terasa lambat dibandingkan dengan kompetitor lain yang sudah mengadopsi teknologi fast charging 45W atau bahkan lebih tinggi.
Persaingan Ketat dengan iPhone 17 Air
Samsung Galaxy S25 Edge dijadwalkan meluncur pada April 2025, dan salah satu rival utamanya adalah iPhone 17 Air dari Apple.
BACA JUGA:Dynamic AMOLED vs. Super AMOLED – Mana yang Lebih Unggul?
BACA JUGA:Samsung Galaxy A56 vs. A55 – Layar Lebih Canggih di Kelas Menengah
iPhone 17 Air juga dikabarkan mengusung konsep desain ultra-tipis, sehingga kedua perangkat ini diprediksi akan bersaing ketat di pasar.
Meski demikian, perbandingan keduanya masih belum bisa dipastikan hingga keduanya resmi dirilis.
Apakah Samsung dapat menyaingi Apple dalam hal optimalisasi perangkat ultra-tipis? Atau justru Apple yang akan lebih unggul dengan teknologi mereka? Ini menjadi pertanyaan yang menarik untuk dinantikan.