Masalah finansial dan pengelolaan yang kurang baik menyebabkan tempat ini mengalami penurunan jumlah pengunjung.
Akhirnya, pada awal 2000-an, taman ini resmi ditutup dan ditinggalkan begitu saja.
Sejak saat itu, bangunan dan fasilitas di dalamnya mulai rusak, ditumbuhi lumut, serta dipenuhi oleh pepohonan liar yang semakin membuat tempat ini terlihat menyeramkan.
Salah satu ikon dari Taman Festival yang masih sering disebut hingga kini adalah teater naga, sebuah bangunan besar berbentuk kepala naga yang dulu menjadi daya tarik utama.
BACA JUGA:Cendol Palembang: Sajian Manis yang Pas untuk Buka Puasa
BACA JUGA:Kampung Gajah Wonderland: Dari Destinasi Populer Hingga Menjadi Tempat Angker
Kini, bangunan itu hanya menyisakan reruntuhan yang tertutup lumut dan semak belukar, menciptakan pemandangan yang dramatis dan penuh misteri.
Daya Tarik Mistis dan Uji Nyali
Seiring waktu, Taman Festival Bali lebih dikenal sebagai lokasi angker dibandingkan sebagai destinasi wisata.
Banyak cerita beredar tentang suara-suara aneh, bayangan misterius, hingga penampakan makhluk gaib yang dikabarkan sering terlihat di beberapa area taman ini.
Masyarakat sekitar percaya bahwa tempat ini dihuni oleh roh-roh yang tidak tenang, menjadikannya destinasi favorit bagi para pencinta tantangan mistis.
BACA JUGA:Gunung Seminung: Surga Pendaki dengan Pemandangan Eksotis
BACA JUGA:Ragit Palembang: Takjil Berempah yang Menghangatkan Momen Berbuka Puasa
Selain kisah mistis, keberadaan buaya-buaya yang dulu dipelihara di taman ini juga menambah nuansa seram.
Konon, ketika taman ditutup, beberapa buaya dilepaskan begitu saja dan dibiarkan berkembang biak secara liar.
Meskipun kebenaran cerita ini belum terbukti, banyak orang yang tetap meyakininya dan menjadikan legenda ini bagian dari daya tarik Taman Festival.