Namun ia tetap memilih untuk terus bekerja selama fisiknya masih mampu.
Ia tak menuntut banyak, cukup diberi kesehatan agar bisa tetap menarik becak dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
BACA JUGA:Demi Patung Dirgantara! Taukah Kamu Bung Karno Jual Mobil untuk Wujudkan Seni Berharga?
BACA JUGA:Ngeri Rahasia Naga Sungai Musi Terungkap! Ikan Tapa Tembago, Penjaga Mistis Sumatra Selatan
“Kalau maunya sih kerja lagi di PT, cuma umur sudah tua. Sekarang mah dicukupin saja, yang penting sehat,” ujarnya.
Dalam kesehariannya, Subandi tidak hanya mengandalkan kerja keras, tapi juga keimanan.
Ia menekankan pentingnya salat dan tidak melupakan Tuhan, betapapun sibuknya kehidupan.
"Sesibuk apapun tetap salat jangan ditinggalkan," pesannya.
Potret Keteguhan di Tengah Keterbatasan
Kisah Subandi adalah potret nyata keteguhan hati dan semangat juang yang tak pudar.
Ia tidak pernah menyerah pada keadaan, tidak mengeluh pada keterbatasan, dan tak berhenti percaya bahwa setiap jerih payah akan membuahkan hasil.
BACA JUGA:Puncak Rengganis! Misteri Cinta dan Kerajaan Tersembunyi di Pelukan Gunung Argopuro
BACA JUGA:Sejarah Panjang Konflik Israel-Palestina Dari Pembentukan Israel Hingga Perang di Rafah
Becak yang ia kayuh setiap hari bukan hanya alat mencari nafkah, tetapi juga simbol ketulusan dan cinta seorang ayah.
Di tengah zaman yang serba instan dan digital, sosok Subandi mengingatkan kita bahwa keberhasilan tidak selalu datang dari kecanggihan teknologi atau posisi mentereng.
Terkadang, keberhasilan lahir dari ketulusan hati, pengorbanan yang diam-diam, dan keyakinan yang teguh akan masa depan yang lebih baik.