Salah satu pengunjung tetap, Rendy (22 tahun), mahasiswa jurusan Arsitektur, mengaku menjadikan Kopi Rona sebagai tempat favoritnya mengerjakan tugas.
“Harga minuman dan makanannya ramah banget.
Tapi yang paling saya suka, ambiance-nya tuh adem, tenang, dan estetik.
Jadi semangat kerja juga naik,” ujarnya. Ia mengaku hampir setiap minggu datang ke tempat ini, dan kerap merekomendasikannya ke teman-teman.
Tren kedai kopi murah nan estetik seperti Kopi Rona ini menandakan pergeseran selera generasi muda.
Mereka tidak lagi hanya melihat harga atau kualitas produk semata, tetapi juga pengalaman visual dan atmosfer yang ditawarkan.
BACA JUGA:Signature Menu yang Wajib Dicoba: Dari Kopi Manual Brew hingga Dessert Unik yang Memikat Lidah!
Konsumen muda kini ingin tempat nongkrong yang bisa menunjang gaya hidup digital mereka tempat yang tidak hanya enak dikunjungi, tapi juga pantas dipamerkan di media sosial.
Bukan hanya Kopi Rona, fenomena serupa terjadi di banyak kota lain.
Di Yogyakarta, Bandung, hingga Makassar, mulai bermunculan kafe dan kedai dengan pendekatan serupa: desain cantik, harga hemat, dan suasana nyaman.
Beberapa bahkan menyediakan coworking corner gratis, pustaka mini, atau ruang komunitas terbuka.
Semua ini menegaskan bahwa dengan kreativitas dan strategi yang tepat, coffee shop tidak harus mahal untuk menjadi hits.
BACA JUGA:Signature Menu yang Wajib Dicoba: Dari Kopi Manual Brew hingga Dessert Unik yang Memikat Lidah!
Sebagai penutup, kedai seperti Kopi Rona menunjukkan bahwa keberhasilan tidak selalu bergantung pada modal besar, melainkan pada pemahaman mendalam tentang pasar dan tren gaya hidup.