Dalam simulasi stop-and-go Tol Dalam Kota, Fronx terasa halus—ISG “menyuntik” torsi ekstra pada 1.500 rpm, menghindari gejala lag turbo maupun “renggang” CVT.
Raize-Rocky menawan di torsi bawah, namun turbo-lag kadang muncul saat pedal diinjak tiba-tiba, memaksa ECU berpikir sekejap sebelum boost penuh hadir.
WR-V justru kebalikannya; punch-nya baru terasa setelah 3.500 rpm. Anda yang sering bermain di jalur Puncak atau Cipularang bakal mencintai nafas panjang mesin i-VTEC, tetapi di kemacetan Tebet, tarikan bawahnya cenderung datar.
BACA JUGA:Honda CD-70 Dream 2025 Resmi Dirilis: Motor Legendaris Harga 8 Jutaan, Tetap Tangguh dan Super Irit!
BACA JUGA:Mesin Kecil Tenaga Besar Honda Cd-70 Pilihan Baru Motor Bore Up Bagi Para Penghobi Drag-Race
Fitur & Kenyamanan
Soal fitur keselamatan aktif, WR-V menggoda dengan Honda Sensing lengkap di varian RS.
Raize-Rocky menawarkan Toyota Safety Sense versi ringkas—Lane Departure Alert, Pre-Collision System—pada trim tertinggi.
Fronx menimpali lewat kamera 360°, enam airbag, kontrol stabilitas, dan Adaptive Cruise Control di pasar Jepang; versi Indonesia diprediksi serupa.
Interiornya paling lapang? WR-V unggul wheelbase 2.485 mm, sedangkan Fronx terpanjang 3 cm pada bagasi, cukup menampung stroller bayi plus belanja bulanan.
BACA JUGA:Gaya Vintage Rasa Muda Honda CD-70 Motor Kekinian Untuk Generasi Sekarang!
Harga & Implikasi Pasar
Strategi Suzuki mematok banderol estimatif mulai Rp 320 juta (on-the-road Jakarta) membuat Fronx menutup kesenjangan antara Raize 1.0 Turbo GR Sport (±Rp 301 juta) dan WR-V RS Honda Sensing (±Rp 345 juta).
Bila insentif LCEV diterapkan, label Fronx bisa kian kompetitif—menekan rival yang masih menggunakan mesin konvensional.
Pada akhirnya, pilihan bergantung prioritas Anda.