Pelaku pemalsuan dengan cermat meniru karakteristik visual dan merek dagang produk asli, termasuk logo, kemasan, dan desain produk.
Ini membuat konsumen sulit membedakan produk asli dari palsu, bahkan bagi mereka yang biasanya lebih berhati-hati.
Akibatnya, ini merusak kepercayaan konsumen terhadap produk asli dan merugikan para produsen yang berupaya menciptakan produk berkualitas.
BACA JUGA:Menyongsong Masa Depan Ramah Lingkungan, Rexco Chemical dan Revolusi Pelumas di GIIAS 2023
Tindakan pemalsuan dan penjiplakan ini bukan hanya masalah pelanggaran hukum semata, tetapi juga berkaitan erat dengan keamanan konsumen.
Penggunaan pelumas palsu dapat merusak mesin kendaraan dan mengurangi umur pakai mereka.
Selain itu, keberlanjutan industri pelumas dalam negeri juga terancam oleh aksi-aksi ilegal ini.
Melihat hal ini, ASPELINDO optimis bahwa kolaborasi antara pelaku industri pelumas, pemerintah, dan konsumen dapat memberikan kontribusi positif dalam memerangi pemalsuan dan menjaga keberlangsungan industri pelumas.
Selain itu, upaya ini diharapkan juga akan memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemilihan pelumas yang tepat sesuai dengan spesifikasi kendaraan mereka.
Secara keseluruhan, ASPELINDO telah menunjukkan peran yang kuat dalam menghadapi tantangan pemalsuan pelumas di Indonesia.
Dengan pendekatan kolaboratif dan fokus pada edukasi, mereka berusaha menjaga integritas industri pelumas dan melindungi kepentingan konsumen.
BACA JUGA:Krisis Keuangan? Dana PayLater Solusinya, Caranya? Mudah, Ikuti Langkah Ini
Namun, memerangi pemalsuan pelumas adalah usaha bersama yang melibatkan semua pihak terkait, dan langkah-langkah ini perlu ditingkatkan agar dampak negatif dari pemalsuan pelumas dapat diatasi sepenuhnya.
Ikuti terus Sumeksradionews.online atau bisa klik di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan berita-berita lainnya.