Data yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa inflasi indeks harga konsumen Jepang tumbuh lebih lambat dari perkiraan untuk bulan Agustus, meskipun angka inti tetap berada pada level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun.
Kemungkinan perubahan kebijakan oleh BOJ akan menandai akhir dari hampir satu dekade kebijakan moneter yang sangat longgar yang telah memberikan dukungan bagi pasar saham Jepang.
Di pasar saham lainnya di Asia, ASX 200 di Australia juga terpantau melemah sebanyak 0,8%. Saham-saham pertambangan mengalami tekanan karena harga komoditas turun.
BACA JUGA:Dilema Bank Sentral dalam Mengendalikan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
ASX juga merupakan salah satu indeks yang tampil paling buruk sepanjang minggu ini, mengalami penurunan sebanyak 3,7%.
Sementara itu, KOSPI di Korea Selatan mengalami penurunan sebanyak 0,3%, sementara indeks futures Nifty 50 di India mengalami kenaikan setelah sebelumnya turun dari rekor tertingginya di awal minggu ini.
Sentimen terhadap Nifty juga terpengaruh oleh krisis diplomatik antara India dan Kanada, yang berkaitan dengan dugaan pembunuhan seorang pemimpin separatis Sikh.
Di sisi lain, saham-saham China termasuk yang mengalami penguatan pada hari ini, dengan indeks Shanghai Shenzhen CSI 300 dan Shanghai Composite masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,6% dan 0,4%. Indeks Hang Seng di Hong Kong juga menguat sebanyak 0,6%, didukung oleh pemulihan saham-saham teknologi besar setelah mengalami penurunan tajam di awal minggu ini.
BACA JUGA:IHSG Kuat di Tengah Turunnya Saham Asia: Faktor-Faktor dan Dampaknya pada Ekonomi Indonesia
Namun, pasar saham China tetap mengalami penurunan sepanjang minggu ini, sebagai dampak ketidakpastian terhadap langkah-langkah stimulus yang diambil oleh pemerintah Beijing.
People's Bank of China telah mempertahankan suku bunga utama pinjaman sesuai dengan perkiraan awal minggu ini.