Mitos ini menceritakan bagaimana orang-orang pada masa lampau harus menebang pohon ara jika mereka ingin mendapatkan air.
Cerita ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan sejarah masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Ranau.
Pada suatu masa, penduduk yang bermukim di daerah Ogan, Krui, Komering, Muaradua, dan Libahhaji memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan air yang mereka butuhkan untuk hidup.
Untuk mengatasi masalah ini, mereka memutuskan untuk menebang sebuah pohon ara yang diyakini menjadi sumber air tersebut.
Masyarakat setempat berkumpul di sekitar pohon ara tersebut dengan membawa berbagai suguhan sebagai tanda penghormatan.
Mereka bekerja keras, menebang pohon ara tersebut dengan tekad dan kerja sama yang kuat.
Bahkan, burung-burung yang bersarang di puncak pohon turut membantu dengan cara mereka.
Setelah beberapa waktu, pohon ara akhirnya tumbang, dan air pun mulai mengalir dari lubang bekas tebangan pohon itu.
Mitos ini adalah contoh yang menarik dari bagaimana cerita rakyat dapat menggambarkan hubungan antara manusia dan alam.
Ini mengilustrasikan bagaimana masyarakat pada masa lalu sangat bergantung pada sumber air, dan bagaimana mereka merayakan dan menghormati alam dengan cara-cara unik.
Relevansi Mitos dalam Budaya dan Sejarah
Mitos asal-usul Danau Ranau yang melibatkan pohon ara tidak hanya sebuah cerita rakyat yang menarik, tetapi juga mencerminkan bagian penting dari budaya dan sejarah masyarakat di sekitar Danau Ranau.
Berikut beberapa poin penting yang menggambarkan relevansi mitos ini:
1. Budaya dan Kepercayaan Tradisional