Sajidin kemudian memiliki seorang anak perempuan yang dikenal dengan sebutan Puyang Kilat Kemarau.
Dari Puyang Kilat Kemarau, ada tiga putri cantik yang namanya menjadi sorotan, yaitu Tasaima, Tasaiyah, dan Sak Ayu.
Sak Ayu, putri yang paling cantik di antara ketiganya, memiliki keistimewaan yang menarik perhatian masyarakat.
Keunikan Sak Ayu terletak pada kemampuannya untuk membantu dalam berladang dan berladang padi. Saat Sak Ayu turun ke sawah, hasil panen meningkat pesat, dan ladang-ladang di sekitarnya menjadi sangat produktif.
Namun, yang menarik perhatian adalah bahwa ketika Sak Ayu sudah tidak sering turun ke sawah lagi, hasil panen justru menurun.
Hal ini menjadi perhatian bagi orang tua Sak Ayu dan masyarakat sekitar.
Misteri ini membuat ibu Sak Ayu, yang bernama Mahesa binti Madaru, bermimpi bahwa salah satu anaknya memiliki "tuah padi," atau keberuntungan dalam berladang dan bercocok tanam.
Mimpi ini kemudian diceritakan pada Puyang Depati.
Puyang Depati, sebagai pemimpin bijaksana dan penengah, memohon petunjuk dari Sang Kuasa untuk mendapatkan pencerahan.
Pencerahan datang dengan jelas, dan Puyang Depati menyadari bahwa Sak Ayu, putri dari Puyang Kilat Kemarau, adalah orang yang memiliki "tuah padi."
Keberuntungan dalam hasil panen dan kemampuannya untuk membantu dalam berladang dan berladang padi membuat Sak Ayu istimewa.
Dari saat itu, masyarakat percaya bahwa jika mereka ingin panen yang berhasil, mereka harus mengajak Sak Ayu turun ke sawah.
Mereka memohon padanya untuk menurunkan bibit padi dan memberkati tanaman mereka agar terhindar dari penyakit dan berbuah banyak.
Kepercayaan ini terbukti benar, dan ladang-ladang di sekitar Pang Sako selalu berhasil panen dengan melimpah ruah setiap tahunnya.
BACA JUGA:Destinasi Wisata Danau Ulak Lia Paling Terkenal di Sekayu Muba, Ramai Dikunjungi Lho di Sini !