Sejak zaman dahulu, pendidikan bernuansa Islam telah berkembang di Pariaman, menciptakan warisan yang kuat dalam budaya dan kehidupan masyarakat setempat.
Secara administratif, Kota Pariaman merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman.
Pembentukan kota ini terjadi pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 2002.
Dengan luas wilayah sekitar 73,36 kilometer persegi, Kota Pariaman telah berkembang pesat sebagai pusat ekonomi, budaya, dan pendidikan di pantai barat Sumatera.
BACA JUGA:Asal Mula Desa Sidang Emas, Sebuah Legenda yang Terus Dikenang di Banyuasin
Pariaman adalah tempat yang sarat dengan sejarah yang memikat. Kota ini telah melalui berbagai perubahan sepanjang zaman, tetapi jejak-jejak sejarahnya masih terlihat dengan juid.
Dari perdagangan internasional hingga perkembangan Islam, berikut adalah beberapa elemen sejarah yang membentuk identitas Kota Pariaman:
Perdagangan Abad ke-16: Kota Pariaman merupakan salah satu destinasi utama bagi pedagang bangsa asing pada abad ke-16.
Pedagang dari berbagai negara datang ke Pariaman untuk melakukan perdagangan dengan India dan kota-kota sekitarnya seperti Tiku dan Barus.
Perdagangan ini telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan kota ini.
Pusat Pengembangan Ajaran Islam: Pariaman juga memiliki peran penting dalam pengembangan Islam di wilayah pantai barat Sumatera.
Syekh Burhanuddin dan Khatib Sangko adalah dua tokoh utama yang memainkan peran kunci dalam memperluas ajaran Islam di kota ini.
Mereka meninggalkan warisan yang berharga dalam bentuk pengetahuan dan ajaran agama.
Wilayah Pemekaran: Pariaman tumbuh menjadi sebuah kota otonom pada tahun 2002.
Pembentukan kota ini adalah langkah penting dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pelayanan kepada penduduk setempat. Sejak saat itu, kota ini telah berusaha untuk menjadi pusat ekonomi yang kuat di wilayah pantai barat Sumatera.