Sejarah Sungai Lilin Abad ke-20 Kota di Musi Banyuasin dari Belantara Hutan Ke Era Padat Kendaraan
SUMEKSRADIONEWS.ONLINE- Sungai Lilin, yang kini menjadi Kota dan Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan.
Mengukir sejarahnya yang menakjubkan dari masa belantara hutan hingga menjadi pusat lintas kendaraan antara Sumatera dan Jawa.
Seiring berjalannya waktu, Sungai Lilin bermetamorfosis dari lingkungan rimba belantara pada awal abad ke-20.
Menjadi kawasan yang padat dengan arus kendaraan lintas, khususnya di jalur Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum).
BACA JUGA:Sejarah dan Asal Usul Nama Sungai Lilin Musi Banyuasin, Sebuah Warisan dan Kearifan Budaya !
Pada awalnya, pada tahun 1900-an, sebelum Indonesia merdeka, Sungai Lilin hanyalah serpihan rimba belantara, dikelilingi oleh hutan besar dan rawa-rawa.
Daerah ini dapat berubah secara drastis antara genangan air dan tanah kering bergantung pada proses alam pasang surut air laut.
Pepohonan seperti pohon pulih, nipah, nibung, asem payo, dan banyak lagi mendominasi lanskap hutan, menciptakan lingkungan yang beragam dan menghidupkan daerah ini.
Namun, dengan kekayaan alamnya juga datang tantangan, terutama ketika penduduk harus berhadapan dengan binatang buas seperti ular phyton, harimau Sumatera, buaya, lintah, dan lainnya.
BACA JUGA:WOW! Berwisata Keliling Dunia Dalam 2 Jam, ini dia Mini Mania Lembang Bandung Rasakan Sensasinya !
Mereka yang tinggal di sekitar Sungai Lilin membangun kehidupan mereka di tengah-tengah alam liar ini.
Sejarah perubahan signifikan dimulai ketika sekelompok penduduk dari bantaran Sungai Musi, seperti Muara Telang, Sungsang, dan Cinta Manis Palembang, berpindah ke Sungai Lilin.
Mereka, yang merupakan kerabat dan berprofesi sebagai petani berpindah dan nelayan, membawa serta tradisi dan kehidupan dari daerah asal mereka.