Desa Ujung yang berduka mengganti namanya menjadi Bom Berlian sebagai penghormatan kepada Munai, di mana "Bom" merujuk pada gemparnya berita kematian Munai, dan "Berlian" mencerminkan kecantikan dan sifat berbudi luhur gadis itu.
Tidak hanya menyimpan kisah cinta tragis, Bom Berlian juga memiliki sejarah sebagai tempat pelabuhan besar dan habitat berbagai satwa unik.
Dahulu, pelabuhan besar di sana ramai dengan kapal dari berbagai daerah, menciptakan pusat perdagangan yang maju.
Selain itu, kawasan ini dipenuhi oleh ribuan burung, sapi, kerbau rawa, dan berbagai jenis tumbuhan, termasuk pohon mangrove.
Sayangnya, perkembangan zaman membawa pendangkalan perairan Bom Berlian.
Meskipun demikian, masyarakat tetap berharap agar keindahan dan keunikan tempat ini bisa dipulihkan.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Banyuasin, Merki Bakri, menegaskan bahwa Bom Berlian menjadi fokus utama pembangunan pemerintah kabupaten.
Usulan untuk menghidupkan kembali kawasan ini telah diajukan kepada Gubernur.
Meskipun terdapat kendala biaya dan keterlibatan pihak ketiga, pemerintah berkomitmen untuk membangun Bom Berlian sebagai destinasi wisata air.
Kawasan ini juga strategis karena terhubung dengan Jalan Tol Palembang – Betung, dengan pintu exit tol yang nantinya akan berlokasi di Bom Berlian.
Hal ini diharapkan akan membuat Bom Berlian semakin dikenal luas, memberikan dorongan bagi pengembangan wisata air di daerah tersebut.
Dengan demikian, Bom Berlian akan menjadi destinasi wisata yang menarik dan maju, menghidupkan kembali kejayaan masa lalu dan memperkokoh identitas dan keindahan kawasan tersebut.*