Dahulu, ritual mandi di sungai adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
Namun, seiring perubahan zaman, sebagian orang lebih memilih fasilitas mandi modern di rumah atau berlangganan air bersih.
Desa Lumpatan memiliki tetangga di sebelah utara, yaitu desa Kayu Are, dan di sebelah selatan, desa Bailangu.
Nama-nama desa ini punya cerita tersendiri, seperti Kayu Are yang berasal dari mimpi pendiri desa melihat batang ara, dan Bailangu yang dikaitkan dengan arti janda yang tengah termenung.
Masyarakat Lumpatan juga menggunakan istilah laot (laut) dan daghat (darat) untuk memberi nama berdasarkan kedekatan dengan Sungai Musi.
Desa yang berada di pinggir sungai disebut laot, sementara yang lebih jauh dan dekat jalan raya disebut daghat.
Ada pula istilah ilo (ilir) dan ulu (hulu) untuk membedakan lokasi.
Dusun-dusun di Desa Lumpatan diberi nomor sebagai penanda, seperti Dusun Dua.
Keberagaman ini menciptakan desa yang kaya akan cerita dan kehidupan sehari-hari yang unik.
Lumpatan bukan sekadar desa, melainkan potret kehidupan dan warisan budaya yang terjaga hingga saat ini.*