Sumeksradio - Gaya hidup berkelanjutan, juga disebut sustainable lifestyle, harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari Anda.
Gaya hidup kita saat ini dapat berdampak pada kelestarian lingkungan di masa depan, terutama bagi generasi muda yang sedang mendorong perubahan. Bagi mereka yang masih bingung harus mulai dari mana, langkah-langkah penerapan gaya hidup berkelanjutan berikut ini bisa menjadi inspirasi.
BACA JUGA: Banyak Orang tidak Segan-segan Membeli Rokok Ketimbang Makanan yang Bergizi, Akibatnya Stunting
Karena cara mempraktekkan gaya hidup berkelanjutan sebenarnya mudah dan semuanya dimulai dari keseharian Anda.
Denia Isetianti, pendiri Cleanomic, sebuah platform yang berfokus pada konten ramah lingkungan dan ramah bisnis yang berkelanjutan, mengatakan gaya hidup berkelanjutan dapat dimulai dari rumah bagi anak muda di sawah.
BACA JUGA: Mengatur Keuangan yang baik agar tidak Terlilit Hutang, Salah Satunya Berfokus pada Salah Satu Tanggungan
Mulai dari internet, media sosial, gerak fisik dan masih banyak lagi hal lain yang memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan. Berikut beberapa tips yang baru-baru ini Denia sampaikan kepada Kompas.com di kawasan FISIP UI Depok, Jawa Barat.
1. Pemilihan Konten Keberlanjutan
Generasi muda saat ini yang sangat terhubung dengan internet dan media sosial dapat menjadi bahan pertimbangan ketika memilih konten terkait isu lingkungan dan keberlanjutan.
Pencarian dan pemilihan konten ini setidaknya bertujuan untuk mendidik kita lebih baik, untuk lebih memahami dan mengenal, untuk meningkatkan kesadaran terhadap masalah lingkungan, dan untuk menyampaikan semangat yang sama kepada orang lain.
“Kita bisa menata konten kita di media sosial dan mulai mencari channel yang bisa meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan,” ujar Denia.
2. Penerapan Prinsip SKS
Saat Pembelian Prinsip SKS adalah metrik yang dapat dipertimbangkan sebelum, selama dan setelah pembelian (SKS) suatu produk.
Prinsip ini juga dijelaskan dalam buku Menabung Pankal Kaya (Cleanomic) karya Denia Isentianti dan Ardi Mardicanto, yang menjelaskan masa depan barang sebelum, selama dan setelah pembelian barang.
Setidaknya dalam hal "sebelum membeli", jika Anda tidak memikirkan apakah Anda benar-benar membutuhkan produk tersebut atau hanya menginginkannya, produk tersebut pada akhirnya akan menjadi tidak berguna.
Pedoman pembelian "sebelum" termasuk mempertimbangkan apakah dapat dipinjam, memastikan kebutuhan, atau apakah barang serupa yang Anda miliki dapat diperbaiki.
Setelah itu, mengenai “pada saat pembelian”, Pak K bertanya tentang keberlanjutan etis dari produk yang dibeli, apakah nantinya dapat didaur ulang, apakah dapat dikomposkan, dan bagaimana memprioritaskan pembelian, saya sebutkan beberapa pertimbangan yang dapat diterapkan, seperti: Barang adalah prinsip ramah lingkungan.
Selanjutnya, kata S untuk “setelah pembelian”, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti apakah produk tersebut dapat didaur ulang atau dikembalikan, dibuang ke mana, dibuang ke TPA, dan kepada siapa harus diberikan. . Ini berguna untuk diproses lebih lanjut, dan seterusnya.
“Prinsip SKS dapat diterapkan pada banyak hal, tidak hanya barang konsumsi. Yang terpenting, prinsip SKS adalah bagian dari perubahan cara berpikir dan bertindak kita untuk menjaga lingkungan,” ujar Denia.
3. Harap membawa wadah makanan dan minuman sendiri.
Salah satu hal nyata yang bisa kita lakukan untuk menjaga lingkungan adalah membawa wadah makanan dan minuman sendiri ke semua aktivitas.
Tentu saja, ini membantu mengurangi penggunaan produk yang paling mencemari: plastik sekali pakai seperti sendok plastik, sedotan, dan gelas plastik.
4. Harap buang sampah pada tempat yang telah ditentukan.
Pembuangan sampah di tempat harus menjadi bagian dari gaya hidup anak muda.
Perlu diketahui bahwa membuang sampah sembarangan dapat merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Denia punya pengalaman seorang teman jatuh dari tangga karena menginjak gelas plastik yang tidak dibuang.
Temannya harus menjalani operasi mahal untuk meningkatkan kesehatannya. Kejadian yang tidak disengaja ini nampaknya bermula ketika tempat sampah tidak pada tempatnya dan ada orang lain yang menginjaknya.
Jika kita belajar dari kejadian ini, setidaknya kita akan lebih sadar bahwa tindakan seperti membuang sampah sembarangan itu berbahaya dan dapat menimbulkan masalah yang lebih besar bagi orang lain dan lingkungan.
5. Mengunjungi dan berkontribusi langsung ke organisasi ramah lingkungan.
Mengunjungi dan mengamati organisasi ramah lingkungan membuat kita semakin sadar akan pentingnya menerapkan gaya hidup berkelanjutan. Namun sebelumnya, ada baiknya memulai gerakan aktual ini dari lingkungan terdekat, seperti RT, RW, atau lingkungan sekitar.
Itu juga menyesuaikan dengan keterampilan, kemampuan, waktu dan energi yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tindakan dan kontribusi nyata yang dapat kita lakukan.
"Datanglah ke organisasi yang peduli lingkungan. Sekarang banyak wisata yang menawarkan wisata ke kawasan Bantar Gebang, dan akhirnya mengubah perilaku," tutup Denia. ***