Kelenteng Dewi Kwan Im bukan hanya tempat ibadah bagi umat Tri Dharma, melainkan juga memiliki bagian belakang yang memuat satu altar istimewa.
Altar ini menjadi rumah bagi berbagai patung yang diberikan oleh umat, serta altar "Ju Sin Kong," yang diyakini sebagai pelindung kota Palembang dan mengandung unsur keislaman.
BACA JUGA:Asal Usul dan Legenda Desa Sri Bandung di Banyuasin, Ternyata ada 2 Anak Kembar, Lihat Yuks !
Perpaduan ini mencerminkan toleransi dan keberagaman di tanah air ini.
Jejak Sejarah Sejak 1773
Klenteng ini tidak hanya sebagai bangunan fisik, tetapi juga sebagai saksi bisu perjalanan waktu.
Berdiri sejak tahun 1773 pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kelenteng Dewi Kwan Im menyimpan kisah-kisah berharga yang membentuk identitas kultural Palembang.
Dari prosesi ibadah hingga persembahan di altar, setiap elemen memiliki arti mendalam yang terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.
BACA JUGA:Asal Usul dan Legenda Desa Sri Bandung di Banyuasin, Ternyata ada 2 Anak Kembar, Lihat Yuks !
Kisah Dibalik Klenteng
Menurut Tjik Harun, seorang tokoh Tionghoa di Palembang, pembangunan klenteng ini dilandasi oleh rasa penghormatan warga Tionghoa terhadap Panglima Palembang yang berdarah Tionghoa.
Sebelum menjadi klenteng, lokasi ini diyakini oleh penduduk setempat sebagai tempat berziarah ke makam Ju Sin Kong, atau yang lebih dikenal sebagai Apek Tulong.
Klenteng Dewi Kwan Im bukan hanya bangunan bersejarah, tetapi juga sebuah persembahan spiritual dan budaya.
Keberadaannya menjadi landasan kuat bagi kehidupan beragam di Palembang, menciptakan harmoni antara berbagai elemen kepercayaan dan budaya yang membangun kota ini.
BACA JUGA:Asal Usul dan Legenda Desa Sri Bandung di Banyuasin, Ternyata ada 2 Anak Kembar, Lihat Yuks !
Palembang dan Tionghoa Bersatu