Wah! Inilah Marketplace Produk Pertanian: Saatnya Petani Lokal Naik Kelas Lewat Digitalisasi!

BACA JUGA:Omzet Belasan Juta saat Lebaran! Kisah Sukses Warung Bu Sum Bersama BRI

BACA JUGA:BRI Siapkan Rp3 Triliun untuk Buyback Saham, Cerminan Optimisme terhadap Kinerja Jangka Panjang

Tantangan dan Solusi Digitalisasi untuk Petani

Meski potensi marketplace sangat besar, tantangan yang dihadapi tidak sedikit. 

Masalah seperti keterbatasan sinyal internet di desa, rendahnya literasi digital, hingga kurangnya kepercayaan terhadap sistem daring masih menjadi hambatan utama.

Untuk itu, peran pemerintah dan pihak swasta sangat dibutuhkan. 

Program pendampingan digitalisasi petani, penyediaan akses internet desa, hingga penguatan koperasi tani berbasis teknologi bisa menjadi solusi jangka panjang.

Di sisi lain, platform marketplace juga perlu membuat aplikasi yang mudah digunakan, tersedia dalam bahasa lokal, dan menyederhanakan proses transaksi agar bisa diakses bahkan oleh petani yang belum familiar dengan teknologi.

BACA JUGA:Digital Marketing UMKM 2025: Panduan Lengkap dari SEO hingga Marketplace!

BACA JUGA:BRI Siapkan Rp3 Triliun untuk Buyback Saham, Cerminan Optimisme terhadap Kinerja Jangka Panjang

Kolaborasi dengan UMKM dan Sektor Hilir

Potensi marketplace pertanian juga bisa dimaksimalkan melalui kolaborasi dengan pelaku UMKM sektor kuliner, makanan olahan, dan pengusaha katering. 

Dengan sistem supply chain yang lebih stabil dan transparan, pelaku UMKM bisa mendapatkan bahan baku berkualitas dengan harga lebih kompetitif, sementara petani mendapatkan pembeli tetap dalam jumlah besar.

Misalnya, petani sayur bisa menjalin kontrak pasokan dengan restoran atau katering melalui platform marketplace, yang secara otomatis menciptakan kestabilan permintaan dan harga. 

Bahkan, beberapa marketplace sudah mengembangkan fitur langganan hasil panen, di mana pelanggan rumah tangga atau usaha bisa berlangganan paket sayur/makanan segar langsung dari petani.

Sumber: