Inilah Pesona dan Cerita Legenda Pulau Kemaro yang Terletak hanya 6 km dari AMPERA Palembang

Inilah Pesona dan Cerita Legenda Pulau Kemaro yang Terletak hanya 6 km dari AMPERA Palembang

Pesona wisata pulau kemaro dipalembang. net--

SUMEKSRADIO.DISWAY.ID - Inilah Pesona dan Cerita Legenda Pulau Kemaro yang Terletak hanya 6 km dari AMPERA Palembang, Pulau Kemaro terletak di tengah Sungai Musi, sekitar 6 km dari Jembatan Ampera di Palembang.

Pulau ini merupakan tujuan wisata yang terkenal di Sungai Musi, terutama dikunjungi oleh wisatawan lokal, regional, dan internasional.

Berikut adalah daya tarik, legenda, dan biaya untuk mengunjungi Pulau Kemaro.

BACA JUGA:Inilah 3 tempat wisata yang sedang populer di Palembang, diminati oleh para anak muda

Daya Tarik Pulau Kemaro:

Pulau Kemaro menawarkan objek wisata menarik bagi pengunjung, antara lain vihara China (klenteng Hok Tjing Rio), kuil Buddha, dan pagoda berlantai 9.

Pulau ini dinamai "Kemaro" karena tidak pernah tenggelam meskipun saat pasang air sungai. Pagoda yang terletak di tengah pulau menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.

Pagoda ini memiliki arsitektur yang mirip dengan pagoda di Cina. Bagian atas bangunan digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat Buddha, terutama oleh masyarakat Tionghoa.

Pada saat perayaan Imlek dan hari raya Buddha lainnya, pagoda ini ramai dikunjungi oleh masyarakat. Pagoda juga sering digunakan sebagai tempat menginap oleh peserta festival Imlek.

BACA JUGA:Wisata di Danau Ranau, Keajaiban alam yang indah di Sumatera Selatan

Di dekat pagoda, terdapat Klenteng Hok Tjing Bio, yang lebih dikenal dengan sebutan Klenteng Kwan Im. Klenteng ini dibangun pada tahun 1962.

Di depan klenteng, terdapat makam Tan Bun An, Siti Fatimah, dan pengawal mereka, yang diyakini sebagai tokoh-tokoh dalam asal-usul Pulau Kemaro.

Legenda Asal-Usul Pulau Kemaro:

Pulau Kemaro memiliki legenda terkait asal-usulnya. Menurut cerita yang beredar di kalangan masyarakat, pulau ini berasal dari kisah cinta antara Siti Fatimah dan Tan Bun An.

Siti Fatimah adalah keturunan Raja Sriwijaya yang beragama Islam, sedangkan Tan Bun An adalah putra Raja Tionghoa yang beragama Buddha.

Meskipun mereka berasal dari agama dan etnis yang berbeda, mereka tetap mempertahankan hubungan cinta mereka hingga ke jenjang pernikahan.

Tan Bun An membawa Siti Fatimah ke negaranya untuk meminta restu dari orang tuanya.

Setelah pernikahan mereka disetujui, orang tua Tan Bun An memberikan hadiah berupa tujuh guci besar berisi emas kepada pasangan tersebut. Setelah beberapa waktu, mereka kembali ke Palembang.

Ketika berada di Palembang, Tan Bun An membuka hadiah dari orang tuanya dan terkejut karena guci-guci tersebut berisi sayuran sawi yang sudah membusuk.

Tanpa berpikir panjang, guci-guci itu dibuang ke Sungai Musi. Saat akan membuang guci terakhir, guci itu jatuh dan pecah di atas dek kapal.

Di dalamnya terdapat emas.

Merasa bersalah telah membuang hadiah dari orang tuanya, Tan Bun An terjun ke Sungai Musi untuk mengambil emas tersebut.

Pengawalnya juga ikut terjun untuk membantu, namun keduanya tidak pernah muncul kembali.

BACA JUGA:Menjelajahi Sekanak Sidewalk, Anak Sungai Musi yang Indah di Kota Palembang

Siti Fatimah akhirnya juga terjun ke Sungai Musi untuk menyusul suaminya, dan mereka tidak pernah muncul lagi.

Beberapa waktu kemudian, munculah sebuah pulau kecil di tempat Tan Bun An dan Siti Fatimah terjun.

Pulau tersebut tidak tenggelam saat air Sungai Musi pasang.

Penduduk setempat percaya bahwa gundukan tanah yang tiba-tiba muncul di Pulau Kemaro adalah makam kedua sejoli tersebut. Inilah legenda asal-usul pulau seluas 180 hektar ini.

Cara Menuju Pulau Kemaro:

Untuk menuju Pulau Kemaro, Anda dapat menggunakan jalur laut melalui Dermaga Benteng Kuto Besak. Waktu tempuh perjalanan kurang lebih 20 menit untuk mencapai Pulau Kemaro.

Biaya penyeberangan menuju Pulau Kemaro berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per orang untuk tarif pulang-pergi. ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: