Unik! Bukan 6 Ternyata 7 Kepala Keluarga Penghuni Kampung Pitu di Gunung Kidul, berikut Kisahnya?
Kampung pitu di gunung kidul hanya terdapat 7 kepala keluarga. net--
Unik! Bukan 6 Ternyata 7 Kepala Keluarga Penghuni Kampung Pitu di Gunung Kidul, berikut Kisahnya?
SUMEKSRADIO.disway.id - Kampung Pitu merupakan sebuah permukiman di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kampung ini terletak di daerah perbukitan sebelah utara puncak Gunung Api Purba Nglanggeran.
Kampung Pitu memiliki keunikan karena hanya dihuni oleh tujuh kepala keluarga.
Nama "Pitu" berasal dari bahasa Jawa yang berarti tujuh, sesuai dengan jumlah kepala keluarga yang tinggal di sana.
BACA JUGA:Mengapa Kita Selalu Membandingkan Diri dengan Orang Lain? Ini Alasannya, Seperti dalam Lirik OJO DIBANDINGKE
Wilayah Kampung Pitu memiliki panorama yang menarik.
Pengunjung dapat menikmati pemandangan indah dari salah satu bagian puncak Gunung Api Purba Nglanggeran setelah mencapai kampung ini.
Rumah-rumah di kampung tersebut sebagian besar berbentuk limasan dan terdapat di berbagai tempat karena kondisi tanah yang berbukit.
Sejarah Kampung Pitu bermula dari sekitar Telaga Guyangan. Berdasarkan cerita turun temurun yang diyakini oleh penduduk setempat, area persawahan yang memiliki mata air tersebut dahulu merupakan sebuah telaga.
Telaga ini digunakan untuk mencuci kuda semberani, dan jejak-jejak tapak kaki kuda semberani masih dapat ditemukan hingga saat ini.
Awalnya, Kampung Pitu didirikan oleh kakak beradik bernama Iro Dikromo dan Tirtosari, yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah.
Mereka mendapatkan izin untuk tinggal di sekitar Telaga Guyangan setelah memenangkan sayembara yang diadakan oleh Keraton.
BACA JUGA:Keunikan Arsitektur Goa Putri OKU Menjadikannya Destinasi Wisata yang Menarik untuk Dikunjungi
Sayembara tersebut menjanjikan hadiah berupa tanah bagi siapa saja yang mau dan mampu menjaga pohon pusaka bernama Kinah Gadung Wulung.
Hanya mereka berdua yang diizinkan tinggal di sekitar Telaga Guyangan, dan kampung tersebut kemudian diberi nama Kampung Pitu.
Kampung Pitu memiliki akses yang cukup sulit sebelum tahun 2014.
Penduduk harus berjalan kaki karena kendaraan bermotor sulit mencapai kampung ini. Selain itu, untuk aliran listrik, meteran harus dihubungkan dari bawah ke atas dengan memasang kabel sepanjang sekitar 3 kilometer.
Jalanan menuju Kampung Pitu terdiri dari tanjakan dan turunan yang curam dengan blok batu.
Di sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhi pemandangan persawahan dan rumah-rumah penduduk yang berada di antara batuan vulkanik jutaan tahun yang lalu.
Surono, salah satu keturunan Iro Dikromo, mengatakan bahwa ayahnya bernama Redjo Dimulyo adalah keturunan keempat.
Saat ini, usianya sekitar 106 tahun.
"Nama Kampung Pitu baru digunakan sekitar tahun 2014 atau 2015. Awalnya, namanya adalah Tlogo, yang berada di sekitar Gunung Wayang (sebutan untuk kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran)," kata Surono, pada Jumat (16/6/2023).
BACA JUGA:Inilah 3 tempat wisata yang sedang populer di Palembang, diminati oleh para anak muda
Surono menjelaskan bahwa tidak ada aturan yang mengharuskan dihuninya kampung tersebut oleh tujuh kepala keluarga.
Namun, sejak dulu hingga sekarang, jika jumlah kepala keluarga melebihi tujuh, kelebihannya akan pergi karena tidak betah.
Beberapa tiang lampu baru telah dipasang di jalan menuju kampung ini.
Selain itu, di Kampung Pitu juga terdapat sebuah mushala yang dibangun pada tahun 2016. *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: