Cindo Nian! Benteng Kuto Besak (BKB) Menjadi Wisata Paling Populer di Palembang, Kota Pempek Memang No 1 !

Cindo Nian! Benteng Kuto Besak (BKB) Menjadi Wisata Paling Populer di Palembang, Kota Pempek Memang No 1 !

Benteng Kuto Besak (BKB) Menjadi Wisata Paling Populer di Palembang-foto: google/net-net.

Cindo Nian! Benteng Kuto Besak (BKB) Menjadi Wisata Paling Populer di Palembang, Kota Pempek Memang No 1 !

 

SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Benteng Kuto Besak (BKB) di Palembang, Sumatera Selatan, adalah bukti bersejarah yang menandai kejayaan Kesultanan Palembang pada abad ke-18.

Berdiri megah di Jalan Sultan Mahmud Badarudin, 19 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, kini BKB telah menjadi simbol kebanggaan masyarakat Palembang dan menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah.

Sejarah BKB berkisar pada abad ke-18 ketika Sultan Muhammad Bahaudin bin Susuhunan Ahmad Najmuddin Adi Kesumo memerintah Kesultanan Palembang.

Dalam buku "Khazanah Kota Palembang" karya Syarifuddin, BKB resmi diresmikan pada 23 Februari 1790, setelah proses pembangunan selama sekitar 18 tahun.

BACA JUGA:Oh Ternyata Ini Penyebabnya? Kaum Millenial Rela Jauh-jauh Demi Wisata ke Jembatan Ampera Palembang !

Dengan dimensi yang mengesankan, Benteng Kuto Besak memiliki tinggi sekitar 9,9 meter dan panjang 288,75 meter x 183,75 meter, serta dinding setebal 1,99 meter, menjadikannya salah satu bangunan megah pada masanya.

Mengandung makna mendalam, nama BKB menggambarkan fungsinya sebagai dinding pertahanan yang besar, yang juga merupakan pusat kekuasaan kerajaan Palembang Darussalam pada masa Sultan Mahmud Badaruddin II (1803-1821).

Dibangun dari batu bata dengan bahan pengikat dari batu kapur yang diimpor dari daerah pedalaman Sungai Ogan, BKB awalnya memiliki tiga pintu gerbang, namun saat ini hanya gerbang sisi barat yang masih tegak berdiri.

Namun, sejarah BKB tidak luput dari peristiwa kelam ketika Belanda membakarnya pada bulan Ramadan tahun 1236 Hijriah.

BACA JUGA:Oh Ternyata Ini Penyebabnya? Kaum Millenial Rela Jauh-jauh Demi Wisata ke Jembatan Ampera Palembang !

Penyulitannya semakin terjadi saat Sultan Mahmud Badaruddin II diasingkan ke Pulau Ternate, Maluku Utara, dan kemudian diduduki Belanda pada 1 Juli 1821 di bawah pimpinan Jenderal Mayor Hendrik Markus Baron de Kock.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: