Gereja Tertua di Sumatera Selatan: Jejak Sejarah Agama Katolik di Wilayah Sumatera, Mari Kita tengok!

Gereja Tertua di Sumatera Selatan: Jejak Sejarah Agama Katolik di Wilayah Sumatera, Mari Kita tengok!

Gereja ST Maria-foto: google/net-

SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - "Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah," kata-kata ini, yang begitu monumental dari pidato Bung Karno atau Presiden Sukarno, terus menggema dalam telinga kita.

Kali ini, mari kita merenungkan tentang satu tempat bersejarah yang belum banyak dikenal, Gereja Santa Maria (ST. MARIA), suatu tempat yang membawa jejak masuknya agama Katolik di Sumatera Selatan.

Terletak di Kecamatan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan, gereja ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kekristenan di wilayah ini, tetapi juga menjadi salah satu gereja tertua yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Sejarah kekristenan di Sumatera dimulai sekitar tahun 1645, ketika sebuah gereja dibangun di daerah Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

BACA JUGA:Makam Ki Gede Ing Suro Salah Satu Sejarah dan Warisan Budaya di Palembang sejak Abad ke-16 Masehi, Kita Lihat!

Peristiwa ini menjadi awal penyebaran agama Kristen di berbagai wilayah Sumatera, termasuk Sumatera Selatan.

Gereja Katolik Sumatera Selatan memiliki akar sejak tahun 1887, ketika seorang misionaris Jesuit, PJ. Van Meurs Sj, memulai perjalanannya di dusun kecil Tanjung Sakti, Pasemah Ulu Manna, Keresidenan Bengkulu.

Misinya dimulai dengan mendirikan sekolah untuk anak-anak pribumi Pasemah.

Pada 15 September 1889, Pastor Meurs mempersembahkan baptisan pertama bagi orang Pasemah, yakni Johannes Gebak bersama istri dan anak-anaknya.

BACA JUGA:Makam Ki Gede Ing Suro Salah Satu Sejarah dan Warisan Budaya di Palembang sejak Abad ke-16 Masehi, Kita Lihat!

Selain mendirikan sekolah, Pastor Meurs juga memberikan bantuan pengobatan kepada orang sakit.

Pada tahun 1890, umat Katolik di Tanjung Sakti baru berjumlah delapan orang, dengan tiga di antaranya diangkat sebagai guru dan satu orang yang sudah menikah diangkat sebagai katekis.

Harapan akan berkembangnya misi ini semakin terbuka lebar. Beberapa murid sekolah bahkan sudah mengajukan permintaan untuk dibaptis.

Untuk memperkuat pelayanan pastoral, Bruder Jacobus Vester SJ turut ambil bagian dalam tugas ini, tiba di Tanjung Sakti pada bulan Maret 1891.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: