Perlawanan Bersejarah Suku Besemah Terhadap Penjajah Belanda di Sumatra Selatan

Perlawanan Bersejarah Suku Besemah Terhadap Penjajah Belanda di Sumatra Selatan

Perlawanan Bersejarah Suku Besemah Terhadap Penjajah Belanda di Sumatra Selatan-Foto:google/net-

Perlawanan Bersejarah Suku Besemah Terhadap Penjajah Belanda di Sumatra Selatan

 

SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Wilayah Pasemah, yang kini dikenal sebagai Bagian dari Sumatera Selatan, memiliki sejarah perlawanan yang luar biasa terhadap penjajah Belanda pada abad ke-19.

Menurut kutipan dari buku "Sumatra Selatan Melawan Penjajah Abad 19" karya Johan Hanafiah, perlawanan ini menjadi yang terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan, berlangsung selama hampir 50 tahun, mulai dari 1821 hingga 1867.

Pada awalnya, orang Eropa, terutama orang Inggris seperti Thomas Stamford Raffles, salah mengidentifikasi orang Pasemah sebagai Passumah.

Dalam catatan sejarah yang ditulis oleh John Bastin, disebutkan bahwa pada tahun 1797, bandit-bandit dari tanah Passumah menyerang distrik Manna, salah satu wilayah di Bengkulu Selatan.

BACA JUGA:Selain Desa Jirak Jaya di Muba! Ini Dia Desa di Sumatera Selatan yang Menyimpan Cerita & Warisan Tak Ternilai

Pada tahun 1818, Inggris mengalami dua malapetaka di daerah selatan, yaitu perang dengan orang Pasemah dan wabah penyakit cacar.

Nama Pasemah sendiri diyakini berasal dari kesalahan pengucapan orang Belanda.

Mohammad Saman, seorang budayawan dan sesepuh Besemah, menyatakan bahwa seharusnya nama tersebut adalah Besemah, seperti yang masih digunakan oleh penduduk di Pagaralam.

Suku Besemah diidentifikasi sebagai suku yang suka damai tetapi juga memiliki jiwa pejuang. Mereka dianggap sebagai pemilik kebudayaan Megalitikum di Sumatera Selatan.

BACA JUGA:Inilah Daftar Jumlah Kecamatan di Muba, Nama Kecamatan mu Ada? Cek Disini!

Asal-usul suku Besemah masih terbungkus dalam misteri, hanya diceritakan melalui legenda atau mitos, seperti mitos Atung Bungsu.

Legenda ini mencakup perjalanan tujuh anak ratu Majapahit, salah satunya adalah Atung Bungsu, yang menetap di dusun Benuakeling setelah menjelajahi sungai Lematang dan menikahi putri Ratu Benua Keling.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: https://sumeksradio.disway.id/