Riyanto mengungkapkan bahwa berdasarkan riset yang telah dilakukan, 63 persen masyarakat di Pulau Jawa memilih untuk membeli mobil bekas sepanjang tahun 2023.
Sementara itu, di Sumatra, meskipun tidak setinggi Jawa, pilihan mobil bekas tetap dominan.
"Ini mungkin karena market mobil bekas Jawa bisa dipengaruhi oleh harga mobil baru naik tapi bekas tersedia di pasaran cukup banyak dan harga relatif lebih rendah," ujarnya.
Perubahan Siklus Pembelian Mobil
Selain itu, Riyanto juga menyoroti adanya perubahan kebiasaan masyarakat dalam mengganti mobil baru.
Jika sebelumnya masyarakat cenderung mengganti mobil setiap lima tahun sekali, kini interval tersebut menjadi tujuh tahun.
"Dulu 4-5 tahun ganti mobil, sekarang 6-7 tahun baru ganti jadi karena agak lama, pasar agak lambat," jelasnya.
Faktor ini turut berkontribusi pada perlambatan pasar mobil baru di Indonesia.
Penurunan penjualan mobil baru juga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan transportasi umum, terutama di daerah Jabodetabek.
Banyak warga di kawasan ini memanfaatkan transportasi umum sebagai tulang punggung mobilitas mereka, sehingga kebutuhan akan mobil pribadi berkurang.
BACA JUGA:Fitur Unggulan Honda CRF250L: Fungsional untuk Petualangan Seru
Data Pembiayaan Kendaraan
Hasil riset dari LPEM FEB UI ini sejalan dengan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai total piutang pembiayaan kendaraan bermotor per April 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menjelaskan bahwa pembiayaan mobil bekas meningkat lebih pesat dibandingkan dengan mobil baru.
Pada tahun tersebut, penyaluran pembiayaan untuk mobil baru tercatat sebesar Rp150,69 triliun, meningkat 10 persen year on year (yoy).