Sebagian besar penyerapan terjadi di wilayah Tangerang, yang menunjukkan bahwa pasar properti semakin terpusat di kawasan tertentu.
Kenaikan Harga Rumah yang Mencekik Daya Beli Masyarakat
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi penurunan penjualan rumah adalah kenaikan harga properti yang terus terjadi.
Berdasarkan riset dari Leads Property, harga rumah di Jabodetabek mengalami kenaikan secara merata, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Depok yang mencapai 12%, diikuti oleh Jakarta yang naik sebesar 5%, dan Bogor sebesar 3%.
BACA JUGA:Rahasia Rumah Sehat: Cara Maksimalkan Sirkulasi Udara Alami untuk Udara Lebih Segar
BACA JUGA:Tips Membangun Vila Mewah di Bali: Investasi dan Kenyamanan di Pulau Dewata
Kenaikan harga rumah ini tentu saja semakin membebani daya beli masyarakat, yang membuat banyak calon pembeli terpaksa menunda atau bahkan membatalkan niat untuk membeli rumah.
"Karena harga rumah naiknya lumayan, makanya jualannya susah," ungkap Martin.
Kenaikan harga ini menjadi tantangan besar bagi pengembang, yang harus mencari cara agar produknya tetap terjual meskipun harga terus meningkat.
Strategi Pengembang: Diskon Harga hingga 2x Lipat
Untuk mengatasi stagnasi penjualan, beberapa pengembang mencoba menurunkan harga rumah secara signifikan.
BACA JUGA:Rahasia Rumah Sehat: Cara Maksimalkan Sirkulasi Udara Alami untuk Udara Lebih Segar
BACA JUGA:Tips Membangun Vila Mewah di Bali: Investasi dan Kenyamanan di Pulau Dewata
Salah satunya adalah pengembang yang beroperasi di kawasan Sawangan, Depok.
Beberapa tahun lalu, harga rumah di kawasan ini mencapai Rp 1,5 miliar dan sempat melonjak hingga Rp 2 miliar.
Namun, untuk meningkatkan daya serap pasar, pengembang akhirnya menyesuaikan harga hingga hanya Rp 800 juta, yang artinya harga rumah tersebut turun hampir dua kali lipat dibandingkan harga awal.