Strategi ini jelas menunjukkan bagaimana pengembang harus pintar-pintar menyesuaikan harga agar produk mereka bisa terjual.
Meskipun harga yang lebih rendah tentu akan mengurangi margin keuntungan, namun pengembang berharap langkah ini dapat menarik pembeli yang saat ini terhambat oleh daya beli yang lemah.
BACA JUGA:Panel Dinding Bergaya Alam: Tren Modern dengan Kemudahan Perawatan
BACA JUGA:Redmi Note 13 Pro Plus 5G: Ungkap Potensi Malam dengan Night Mode Spektakuler!
Daya Beli Masyarakat yang Melemah
Selain kenaikan harga, daya beli masyarakat yang semakin menurun juga menjadi penyebab utama penurunan penjualan rumah.
Banyak masyarakat yang menahan pembelian rumah karena kondisi ekonomi yang kurang stabil.
Kenaikan harga barang dan kebutuhan sehari-hari, ditambah dengan bunga KPR yang relatif tinggi, membuat banyak orang berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk membeli rumah.
"Faktor daya beli salah satunya, kan daya beli hubungannya juga sama price-sensitive, harga," jelas Martin.
Daya beli yang menurun ini berbanding lurus dengan tingkat permintaan pasar yang semakin tertekan.
BACA JUGA:Penyebab dan Solusi Kebocoran AC: Tips Penting untuk Kenyamanan Rumah Anda
BACA JUGA:Nikmati Musim Hujan dengan Nyaman: Persiapan Rumah untuk Kehangatan dan Kenyamanan
Sebagian besar masyarakat saat ini lebih memilih untuk menunggu kondisi ekonomi membaik sebelum mengambil keputusan besar seperti membeli rumah.
Dampak Jangka Panjang bagi Industri Properti
Penurunan penjualan rumah di Indonesia di tahun 2024 ini memberikan dampak besar bagi industri properti. Pengembang harus menghadapi kenyataan bahwa meskipun banyak yang berusaha menghadirkan produk rumah yang berkualitas, pasar properti tidak dapat sepenuhnya menyerapnya.
Penurunan daya beli masyarakat yang signifikan menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh para pengembang dan investor properti.