Keputusan The Academy memilih Grandma dibandingkan Women from Rote Island seolah menggarisbawahi bahwa kesuksesan di Oscar tidak selalu ditentukan oleh portofolio festival besar, eksplorasi budaya lokal, atau tema sosial yang berat.
Sebaliknya, film dengan narasi yang sederhana namun mampu menyentuh hati lebih berpeluang untuk diterima oleh juri internasional.
Selama ini, tema humanis memang menjadi benang merah dalam banyak pemenang Oscar.
Namun, humanis seperti apa? Dalam hal ini, Grandma berhasil mengedepankan aspek humanisme yang lebih universal dan dapat dirasakan oleh semua penonton, termasuk anggota The Academy.
BACA JUGA:Innalilahi, Duka Mendalam Industri Hiburan Korea Atas Kepergian Song Jae-rim
BACA JUGA:7 Rekomendasi Anime 2023-2024 yang Wajib Ditonton!
Refleksi untuk Perfilman Indonesia
Capaian Thailand dengan Grandma seharusnya menjadi bahan refleksi bagi perfilman Indonesia.
Dari segi budaya, teknologi, dan kualitas sinematik, Indonesia dan Thailand sebenarnya memiliki posisi yang hampir setara.
Namun, perbedaan mencolok terletak pada kemampuan menyampaikan cerita yang bisa terhubung secara emosional dengan penonton.
Indonesia memiliki banyak film dengan tema sosial dan budaya yang kaya, seperti Women from Rote Island, tetapi sering kali aspek penuturannya kurang berhasil membawa penonton ke dalam dunia film tersebut.
Narasi yang terlalu berat atau eksperimental juga kerap membuat film Indonesia sulit diterima oleh khalayak internasional.
BACA JUGA:Rose BLACKPINK Rilis Album 'Rosie' dan MV 'Toxic Till The End'!
BACA JUGA:Intip Yuk! Sinopsis Mufasa: The Lion King: Asal-usul Sang Raja Pride Lands!
Sebagai contoh, film bertema humanis lain seperti Tuhan, Izinkan Aku Berdosa atau Home Sweet Loan mungkin lebih mampu mewakili Indonesia di Oscar.
Dengan tema yang dekat dengan realitas masyarakat Indonesia—seperti konflik dalam komunitas agama atau tekanan finansial generasi muda—film-film ini berpotensi untuk lebih mudah beresonansi dengan penonton global.