Terlalu Banyak Duduk, Ancaman Nyata untuk Kesehatan Otak

Jumat 10-01-2025,11:47 WIB
Reporter : Nuri Fransisca
Editor : Nuri Fransisca

Baik di kantor maupun di rumah, kebiasaan duduk yang terlalu lama sudah menjadi bagian dari rutinitas harian.

Meskipun kelihatannya tidak membahayakan, kebiasaan ini sebenarnya bisa mempengaruhi kesehatan otak secara serius.

Terlalu lama duduk tanpa jeda bergerak dapat menyebabkan gangguan pada berbagai fungsi tubuh, mulai dari penurunan sirkulasi darah hingga penurunan kemampuan kognitif.

Berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, terlalu banyak duduk dapat menyebabkan penipisan pada bagian otak yang dikenal dengan nama lobus temporal medial (MTL).

BACA JUGA:Pola Makan Tidak Sehat Sebagai Pemicu Asam Urat pada Usia Muda

BACA JUGA:Air Murni: Rahasia Cegah Penyakit dan Kendalikan Berat Badan di Era Obesitas Global

Bagian otak ini memiliki peran penting dalam pembentukan ingatan baru, terutama pada individu yang berusia antara 45 hingga 75 tahun.

MTL yang semakin menipis bisa menjadi pertanda awal dari gangguan kognitif seperti demensia, sebuah kondisi yang menyebabkan penurunan kemampuan berpikir dan mengingat.

Penelitian Mengenai Duduk dan Kesehatan Otak

Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti tersebut melibatkan pemindaian otak untuk mengamati kondisi lobus temporal medial (MTL) pada para peserta penelitian.

Hasil yang ditemukan cukup mengejutkan: mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk duduk ternyata memiliki MTL yang lebih tipis dibandingkan dengan mereka yang lebih aktif bergerak.

BACA JUGA:Dengan Air Murni Dapat Meningkatkan Konsentrasi dan Kinerja Akademis

BACA JUGA:Meningkatkan Fungsi Ginjal dengan Cukup Air: Kunci untuk Menjaga Kesehatan Tubuh

Hal ini menunjukkan adanya kaitan antara kebiasaan duduk terlalu lama dengan penurunan fungsi kognitif, yang dalam jangka panjang bisa berujung pada kondisi seperti demensia.

Penurunan ketebalan MTL berhubungan langsung dengan kemampuan otak dalam membentuk dan menyimpan ingatan baru.

Dengan kata lain, semakin tipis area otak tersebut, semakin besar kemungkinan seseorang mengalami kesulitan dalam mengingat hal-hal baru atau melakukan proses pembelajaran.

Kategori :