Sekat permanen seperti tembok dalam jumlah banyak akan menambah biaya material dan tenaga kerja.
Sebagai alternatif, sekat sementara seperti tirai, rak, atau partisi lipat bisa digunakan untuk membagi ruang sesuai kebutuhan.
“Dengan desain terbuka dan pencahayaan alami dari jendela besar, rumah kecil pun bisa terasa lega dan nyaman,” ujar Riska, pemilik rumah minimalis di Bogor yang menerapkan konsep serupa.
Material Lokal dan Sederhana
Komponen kedua yang tak kalah penting adalah pemilihan material bangunan.
BACA JUGA:Prospek Cerah Sektor Properti di 2025: Momentum Emas bagi Investor dan Konsumen
BACA JUGA:Rahasia Over Kredit Rumah: Cara Mudah Miliki Hunian Lewat Bank dan Notaris
Untuk rumah seharga Rp30 juta, pemilik harus benar-benar selektif.
Material lokal seperti bata merah, pasir setempat, dan kayu biasa lebih direkomendasikan ketimbang bahan mahal seperti marmer atau granit.
Penggunaan triplek sebagai plafon, serta atap dari seng atau galvalum juga dapat menekan biaya secara signifikan.
Penting juga untuk mempertimbangkan material yang mudah didapat di sekitar lokasi pembangunan, sehingga mengurangi ongkos pengiriman.
Misalnya, membeli bahan dari toko bangunan lokal atau pasar tradisional setempat bisa menjadi cara untuk memangkas biaya tambahan.
BACA JUGA:Generasi Milenial Gandrungi Rumah Ramah Lingkungan, Bali Jadi Sorotan Pasar Properti Hijau
BACA JUGA:1.000 Rumah Subsidi untuk Wartawan: Inisiatif Pemerintah yang Siap Ubah Nasib Para Pewarta
“Kalau beli bahan sendiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada kontraktor, biaya bisa ditekan cukup banyak,” ujar Joko, tukang bangunan yang kerap menangani proyek rumah kecil.
Sistem Tukang Borongan Harian