Desa Mandiri Konflik dan Posko Pagarapat
Guna memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi ancaman konflik, BKSDA juga mendorong pembentukan desa mandiri konflik.
Inisiatif ini bertujuan memberdayakan masyarakat agar memiliki kemampuan mitigasi secara mandiri.
BACA JUGA:Intip Yuk! 96 Peserta PJA 2025 Kabupaten OKI Jalani Verifikasi Ketat oleh Kanwil Kemenkum Sumsel!
BACA JUGA:Cek Yuk! Visi Misi HD-CU 2025: 12 Program Gerak Cepat Demi Sumsel Maju Terus untuk Semua!
“Kami fokus pada edukasi, pelatihan, dan peningkatan kapasitas warga agar mereka siap menghadapi interaksi dengan satwa liar,” kata Teguh.
Sebagai bagian dari strategi kolaboratif, didirikan pula Posko Pagarapat di Kecamatan Air Sugihan.
Posko ini dioperasikan oleh tim gabungan yang terdiri dari warga lima desa, petugas dari perusahaan pemegang konsesi, mahout (pawang gajah), polisi kehutanan, dan tenaga pendamping.
Bahkan, gajah jinak turut dilibatkan sebagai bagian dari pendekatan berbasis konservasi.
“Posko ini menjadi simbol kerja sama antara manusia dan satwa melalui pendekatan berbagi ruang hidup. Ini adalah solusi nyata dan adaptif,” tambah Teguh.
BACA JUGA:Cek Yuk! 55 Hari Menjabat, Gubernur Sumsel Tegaskan Sinergi Daerah-Pusat Jadi Kunci Pembangunan!
BACA JUGA:Intip Yuk! Logistik dan Teknis Jadi Ujian Penting PORPROV KORPRI Sumsel 2025: Dispora & Kominfo Siap All Out
Tuntutan Warga: Keselamatan dan Kejelasan Solusi
Sebelumnya, pada Rabu (21/5), warga dari 18 desa di Air Sugihan menggelar aksi damai di kantor Camat.
Mereka menuntut kejelasan dan tindakan konkret pemerintah dalam mengatasi konflik yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Lahan pertanian rusak, hasil panen gagal, hingga rasa takut yang terus menghantui menjadi pemicu keresahan.
Masyarakat meminta agar solusi yang diberikan tidak hanya bersifat sementara, namun juga menyentuh akar masalah.
BACA JUGA:PORPROV Semakin Dekat: Kabupaten/Kota Gencar Persiapkan Atlet dan Cabor Unggulan Lho!
BACA JUGA:Intip Yuk! Kebijakan Efisiensi APBD: Tantangan dan Solusi Pemprov Sumsel dalam Implementasi!
Menuju Koeksistensi yang Harmonis
Konflik antara manusia dan satwa liar seperti gajah menjadi tantangan nyata dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten OKI bersama BKSDA Sumsel menunjukkan komitmen untuk tidak hanya melindungi masyarakat, tetapi juga menjaga kelestarian satwa dan habitatnya.
Dengan kombinasi pendekatan struktural, edukatif, dan partisipatif, harapannya konflik yang terjadi dapat ditekan, dan masyarakat serta gajah dapat hidup berdampingan secara harmonis.