BACA JUGA:Langkah Akseleratif Transformasi BRI Tuai Dukungan Komisi XI DPR RI
“Saya punya pelanggan dua katering yang memang dari dulu ambil ikan dari saya.
Nah, mereka ini sekarang jadi vendor MBG juga. Jadi, otomatis permintaan ikan meningkat,” ujar Engga.
Ia menambahkan, dalam satu kali pemesanan untuk keperluan program MBG, para katering tersebut bisa membeli hingga 100 kilogram ikan.
Kondisi ini tentu berdampak signifikan terhadap pendapatan dan keberlangsungan usahanya.
Namun, seperti usaha pada umumnya, perjalanan Engga juga tidak lepas dari tantangan.
BACA JUGA:Dorong Daya Beli Masyarakat, BRI Salurkan BSU 2025 Senilai Rp1,72 Triliun ke 2,8 Juta Pekerja
BACA JUGA:Dukung Pembangunan Berkelanjutan, Green Financing BRI Tumbuh Capai Rp89,9 Triliun
Salah satu kendala terbesar yang kerap ia hadapi adalah keterbatasan modal.
Untuk memenuhi permintaan pasar, tak jarang ia harus berhutang terlebih dahulu kepada petani ikan, dan baru bisa melunasinya setelah barang terjual.
“Modal itu kuncinya. Kalau tidak punya cukup uang untuk ambil barang, ya usahanya bisa mandek.
Dulu saya sering ambil barang dulu, bayarnya nanti setelah dua-tiga hari,” kenangnya.
Kesulitan inilah yang perlahan teratasi ketika Engga mengenal produk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI.
BACA JUGA:Kepercayaan Investor Global Menguat, Transformasi Jadi Fondasi Daya Tarik Saham BBRI
Ia mendapatkan informasi soal pinjaman tersebut secara tidak sengaja saat ada petugas BRI yang tengah melakukan survei ke rumah tetangganya.
Setelah mendengarkan penjelasan dan menimbang manfaatnya, ia pun memutuskan untuk mengajukan pinjaman.
“Prosesnya cukup mudah dan bunganya juga masih masuk akal.
Yang penting usaha kita jelas, aktif, dan ada alurnya.
Saya pakai dana itu untuk menambah stok dan memperluas skala usaha,” katanya.
Pinjaman pertama ia terima pada tahun 2021.
BACA JUGA:Kepercayaan Investor Menguat, Analis Kompak Rekomendasikan Saham BBRI karena Fundamental Solid