Malware 'Infamous Chisel' Apakah Mengancam Keamanan Pasar Kripto?
SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Badan intelijen Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah merilis sebuah laporan peringatan bersama pada Minggu (3/9/2023), yang memperingatkan pengguna perangkat Android tentang ancaman baru dalam bentuk malware yang disebut "Infamous Chisel."
Laporan ini dikeluarkan oleh lembaga pemerintah seperti Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA), Biro Investigasi Federal (FBI), dan Pusat Keamanan Siber Nasional (NCSC) Inggris, yang merupakan bagian dari Markas Besar Komunikasi Pemerintah (GCHQ).
Malware Infamous Chisel dikaitkan dengan aktivitas Sandworm, sebuah unit perang siber yang bekerja di bawah GRU, badan intelijen militer Rusia.
Laporan bersama ini juga mencatat bahwa Sandworm telah menargetkan perangkat Android militer Ukraina, menggunakan malware baru untuk mengekstrak informasi dari perangkat seluler yang disusupi.
BACA JUGA:Kemenangan Hukum Grayscale Membuat Bitcoin Melesat, Update Terbaru Pasar Kripto!
Data yang diekstraksi oleh malware termasuk informasi dari direktori aplikasi pertukaran kripto populer seperti Binance, Coinbase, dan Trust Wallet.
Yang menjadi perhatian khusus adalah bahwa malware Infamous Chisel tidak menggunakan teknik penyembunyian aktivitas jahat, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menyamarkan jejaknya.
Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya sistem deteksi berbasis host untuk perangkat Android.
Sementara itu, kerugian akibat eksploitasi, peretasan, dan penipuan kripto semakin meningkat.
BACA JUGA:Bisnis Digital Advertising! Mari Mengungkap Peluang Sukses di Era Digital!
Pada tahun 2023, hampir USD 1 miliar telah hilang, dengan laporan dari perusahaan keamanan blockchain CertiK yang melaporkan sekitar USD 997 juta telah hilang sepanjang tahun ini.
Pada bulan Agustus saja, sekitar USD 45 juta hilang akibat serangan semacam itu.
Meskipun jumlahnya besar, kerugian ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu Juli, di mana aset digital senilai lebih dari USD 486 juta hilang akibat serangan berbahaya.