Kenaikan suku bunga AS menjadi sumber kekhawatiran besar bagi pasar saham global karena dapat membatasi kondisi moneter global dan menarik modal dari aset-aset berisiko.
Dampak dari kebijakan ini telah membuat sebagian pasar saham di Asia mengalami kerugian tajam selama setahun terakhir.
Sementara itu, saham-saham China berhasil menguat di tengah data profit industri yang positif dan harapan akan adanya lebih banyak stimulus moneter dari People's Bank of China (PBOC).
Data menunjukkan bahwa profit industri di China mengalami rebound di bulan Agustus, membantu mengurangi pelemahan yang terjadi sepanjang tahun ini.
Optimisme juga muncul mengenai pemulihan ekonomi China, terutama dengan harapan atas data penting Purchasing Managers' Index (PMI) yang akan dirilis dalam waktu dekat.
Sentimen positif terhadap China semakin diperkuat oleh janji PBOC untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan investasi swasta di negara tersebut.
Hal ini diharapkan dapat membantu ekonomi China yang masih berjuang untuk mencapai level sebelum pandemi COVID-19.
BACA JUGA:Bursa Karbon Mulai Beroperasi, Sentimen Positif untuk Perdagangan IHSG Minggu Ini
Meskipun demikian, saham-saham China juga mengalami penurunan substansial sepanjang bulan September dan mendekati posisi terendahnya pada tahun 2023.
Hal ini terjadi karena meningkatnya kekhawatiran mengenai krisis pasar properti di negara tersebut, yang telah merambat ke seluruh sektor ekonomi.
Kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi China juga telah berdampak negatif pada pasar regional, mengingat China merupakan mitra dagang penting bagi sebagian besar negara-negara di Asia.
Para investor terus memantau perkembangan di China dengan cermat karena dampaknya yang signifikan terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di seluruh kawasan Asia.
Ikuti terus Sumeksradionews.online atau bisa klik di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan berita-berita lainnya.