Namun, ketika pohon tersebut hampir roboh, tiba-tiba turun hujan panas yang sangat besar dan berwarna kuning.
Hujan tersebut menghentikan penebangan tersebut. Setelah hujan berhenti, pohon kayuara yang telah ditebang tadi berubah menjadi batu berwarna hitam.
Peristiwa itu membuat seluruh masyarakat desa tercengang.
Mereka pun sepakat memberi nama desa mereka yang sebelumnya tak bernama dengan nama Desa Kayuara Kuning, sebagai pengingat akan kejadian tersebut.
Dari saat itu, masyarakat desa tersebut meninggalkan praktik pemujaan dan penyembahan kepada pohon kayuara, mengerti bahwa tindakan tersebut adalah syirik.
Mereka mulai menghormati ajaran yang benar dan hidup dalam damai serta kebersamaan yang sejati di Desa Kayuara Kuning.*