Dul berasal dari Talang Majapani (Lubuk Rengas) dan kedua orang ini diajak pergi haji ke tanah suci Mekkah dengan menggunakan perahu layar.
Setahun kemudian mereka yang pergi haji tersebut kembali ke desa ini.
Thalib Ali menanam dua jenis pohon yaitu Serumpun Pohon Paojenggih dan Serumpun Pohon Beringin Nyusang.
Dengan ketentuan harus ditanam di dusun, pohon Poejenggih ditanam di sebelah kiri dan Pohon Beringin Nyusang ditanam di sebelah kanan.
Sedangkan Dul membawa serumpun Maje.
Dari tahun ke tahun dusun ini terus mengalami kemajuan dan masih tetap bernama ‘Talang Gelumbang’ dan pangkalannya masih tetap bernama Pangkalan Bangsali.
Setelah 40 tahun, wafatlah Kerio Ngunang, kerena perkembangan dusun sangat pesat maka dipilih seorang pasira (Depati) oleh Susuhunan Raja-raja Palembang, yang kedudukan di dusun Limau.
Menurut ceritanya, Dusun Limau ini dibuat oleh anak dalam Muara Bengkulu.
Rio Bayyung seorang anak dari Mangku Bumi Kesultanan Majapahit.
Pada waktu Majapahit jatuh, kelima anak dari Mangku Bumi melarikan diri ke Sumatera yaitu yang tertua ke daerah Sung Sang bernama Ratu Senuhun, yang kedua di daerah Limau bernama Rio Bayung, yang ketiga di daerah Betung bernama Rima Demam, dan dua orang wanita di daerh Abad Penungkal (Air Hitam).
Ratu Senuhun pada waktu berlayar perahunya tersangsang (tersangkut) dan tidak bisa turun lagi.
Maka daerah tersebut dinamakan Sung Sang, tetapi sebenarnya adalah Sang-Sang.
Sedangkan Depati Bang Seman, anaknya yang menjabat sebagai depati, namun istrinya meninggal.