Setelah periode keheningan antara Februari 1884 dan Juni 1927, Krakatau kembali menunjukkan aktivitasnya.
BACA JUGA:Gunung Talang, Keindahan dan Ancaman di Sumatera Barat
Erupsi magma basa yang muncul di pusat kompleks Krakatau pada 11 Juni 1930 dianggap sebagai momen kelahiran Gunung Anak Krakatau.
Berbagai letusan yang terjadi membentuk tubuh gunung ini menjadi semakin besar dan tinggi, membentuk kerucut setinggi 300 meter dari permukaan laut.
Selain itu, luas daratan di sekitar Gunung Anak Krakatau pun semakin membesar.
Sejak lahir hingga tahun 2000, Gunung Anak Krakatau telah mengalami lebih dari 100 kali letusan, baik yang bersifat eksplosif maupun efusif.
Titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya.
BACA JUGA:Gunung Talang, Keindahan dan Ancaman di Sumatera Barat
Interval waktu istirahat Gunung Anak Krakatau berkisar antara 1 hingga 8 tahun, dengan kecenderungan terjadi letusan abu dan leleran lava setiap empat tahun sekali.
Kegiatan terakhir yang tercatat adalah letusan abu dan leleran lava yang terjadi antara November 1992 hingga Juni 2000.
Gunung Anak Krakatau, dengan sejarahnya yang cemerlang dan keunikan geologisnya, tetap menjadi salah satu situs paling menarik di Indonesia, menarik perhatian para peneliti dan wisatawan yang tertarik akan keagungan kekuatan alam.
Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang peristiwa-peristiwa penting yang membentuknya, kita dapat menghargai keindahan alam sekaligus menghormati kekuatan alam yang kadang-kadang tak terduga namun juga mempesona.*