Sejarah Letusan Gunung Anak Krakatau tahun 1883, Peristiwa yang Mencengangkan di 140 tahun lalu !

Senin 23-10-2023,18:00 WIB
Editor : Eko Subakti

Sejarah Letusan Gunung Anak Krakatau tahun 1883, Peristiwa yang Mencengangkan di 140 tahun lalu !

 

SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Gunung Anak Krakatau, sebagaimana namanya yang menggambarkan statusnya sebagai "anak" dari Krakatau, memiliki sejarah yang kaya dan penuh dengan peristiwa dramatis yang telah membentuknya menjadi salah satu fenomena alam yang paling menakjubkan di Indonesia.

Berada di Lampung, Indonesia, Krakatau terdiri dari empat pulau, yaitu Rakata, Sertung, Panjang, dan Anak Krakatau.

Tiga pulau pertama merupakan sisa-sisa pembentukan kaldera, sedangkan Anak Krakatau mulai muncul sebagai hasil proses alam yang menarik pada tanggal 20 Januari 1930.

Untuk memahami keunikan dan signifikansi Gunung Anak Krakatau, sangat penting untuk mengetahui asal mula terbentuknya gunung tersebut.

BACA JUGA:Iniloh Asal-Usul Penamaan Gunung Rinjani Berdasarkan Cerita Rakyat yang Melekat Hingga Sekarang

Sejarah kelahiran Gunung Anak Krakatau dapat dirangkum dari catatan resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi.

Semua dimulai dengan letusan dahsyat Gunung Krakatau pada tahun 416 SM, yang menyebabkan gelombang tsunami dahsyat dan pembentukan kaldera.

Sebelum letusan paroksismal kedua, tercatat beberapa letusan yang diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan, dan Perbuatan.

Letusan paroksismal pada 27 Agustus 1883 menjadi yang terbesar dalam sejarah letusan tersebut.

BACA JUGA:Lara Kidul Dewi Nawangwulan Sosok Terlupakan Dalam Sejarah! Ratu dan Legenda Penguasa Laut Selatan

Energi letusan melontarkan rempah vulkanik dengan volume mencapai 18 km3, memuntahkan asap setinggi 80 km, dan memicu tsunami setinggi 30 meter di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung.

Dampaknya sangat mengerikan, dengan 297 kota kecil yang hancur dan total korban jiwa mencapai 36.417 jiwa.

Di samping itu, diperkirakan sekitar 2.000 orang tewas di Sumatera bagian selatan akibat "abu panas," sementara 3.150 orang lainnya tewas akibat aliran piroklastik di pulau-pulau di antara Krakatau dan Sumatera.

Kategori :