Sejarah adalah akar dari kesadaran nasional.
Faktor kedua adalah bahasa. Yamin menekankan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting dalam memperkuat persatuan.
BACA JUGA:Asal-usul Payakumbuh! Sejarah dan Pembangunan Kota di Sumatera Barat
Bahasa Indonesia, yang saat itu dikenal sebagai Bahasa Melayu, harus dijadikan bahasa persatuan yang digunakan oleh semua lapisan masyarakat.
Hal ini akan membantu mengatasi kendala komunikasi antara etnis dan suku yang beragam di Indonesia.
Faktor ketiga adalah hukum adat. Yamin memahami bahwa budaya dan tradisi lokal adalah bagian penting dari identitas masyarakat Indonesia.
Namun, ia juga menegaskan pentingnya menggabungkan hukum adat dengan hukum nasional yang lebih luas. Ini adalah cara untuk memelihara keragaman budaya sambil tetap berada di bawah payung hukum yang sama.
BACA JUGA:5 Tarian Tradisional Khas Adat Banyuasin Paling Terkenal, Berikut Judul Dan Penciptanya !
Faktor keempat adalah pendidikan. Yamin merasa bahwa pemuda Indonesia perlu mendapatkan pendidikan yang baik dan merata.
Pendidikan adalah kunci untuk memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai persatuan dalam kehidupan sehari-hari.
Semua pemuda harus memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.
Faktor kelima adalah kemauan. Yamin mengingatkan bahwa persatuan tidak akan terjadi dengan sendirinya.
Pemuda harus memiliki kemauan yang kuat untuk bersatu dan bekerja sama dalam membangun Indonesia yang merdeka. Semangat, tekad, dan komitmen adalah kunci untuk mencapai persatuan yang diinginkan.
Rapat pertama Kongres Pemuda 1928 di Gedung KJB ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam perjalanan menuju persatuan Indonesia.
Pemuda Terbaik Bangsa, Kongres Pemuda 1926 -Foto:google/net-