Pada masa kemerdekaan Indonesia sejak tahun 1945, Ogan Ilir terus mengalami perubahan yang signifikan.
Wilayah ini bergabung dengan onder-afdeling Komering Ilir dan bersama-sama membentuk Kabupaten Ogan Komering Ilir yang menyatukan berbagai marga-marga yang sebelumnya tersebar di wilayah tersebut.
Gagasan pembentukan Kabupaten Ogan Ilir telah muncul sejak lama, terutama dipelopori oleh berbagai tokoh dan kelompok masyarakat, seperti Ikatan Pelajar Ogan Ilir (IPOI) pada tahun 1958.
Para pemimpin dari IPOI seperti Dr. H. Ahmad Asof, Dr. H. Hasan Zaini, dan Prof. Dr. Ki. Amri Yahya telah menjadi pionir dalam memperjuangkan pemekaran wilayah ini.
Meskipun awalnya hanya bertujuan untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ilir dari Kayu Agung ke Tanjung Raja, gerakan ini kemudian berkembang menjadi gerakan yang lebih besar dalam mewujudkan Kabupaten Ogan Ilir yang mandiri.
Hingga saat ini, jejak sejarah politik Ogan Ilir dalam masa kolonial Belanda dan perubahan struktural pemerintahannya telah meninggalkan warisan berharga yang membentuk identitas dan keberlanjutan wilayah ini di Indonesia.
Dengan berbagai perubahan yang terjadi, Ogan Ilir terus tumbuh dan berkembang sebagai bagian integral dari sejarah dan budaya Indonesia.*