Menurut Fadhlan S. Intan, peneliti yang melakukan analisis teknologi laboratorium, masyarakat di Situs Karangagung Tengah adalah komunitas pesisir yang tidak hidup terisolasi.
Mereka terlibat dalam hubungan perdagangan yang melibatkan pertukaran barang dan bahan dengan wilayah di luar daerah mereka.
BACA JUGA:Inilah Alasan Dibalik Sekayu, Muba Disebut Kota Randik
Barter menjadi cara utama mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan artefak seperti manik-manik menjadi salah satu komoditas yang diperdagangkan dengan intensitas tinggi.
Dalam daerah Karangagung, Mulya Agung, dan Tanah, ribuan manik-manik ditemukan sebagai bukti kegiatan perdagangan yang substansial.
Manik-Manik Karangagung Tengah: Jejak Perdagangan yang Menyeberang Benua
Manik-manik yang ditemukan di Karangagung Tengah dapat diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu manik kaca, manik batu, dan manik tanah.
BACA JUGA:Nikmati 3 Restoran Terbaik di Muba, Sumatera Selatan!
Manik batu, terutama yang terbuat dari batu karnelian, agat, dan kristal, memiliki kemungkinan besar diimpor dari India. Ada bukti bahwa pedagang India juga mengimpor manik kaca berlapis emas (gold-in-glass beads) dari Konstantinopel (Marhaeni, 2002:70-77).
Pentingnya perdagangan ini tidak hanya dikenal oleh pedagang India. Bangsa Cina juga mencatat keberadaan Karangagung Tengah dalam laporan perjalanan mereka.
Menurut Wolters, pada abad ke-3 hingga ke-4 Masehi, kerajaan di pantai timur Sumatera yang disebut Ko-ying atau Chia-ying, kemudian digantikan oleh Kerajaan Kan-t’o-li, mengirim utusan ke Cina pada tahun 430-474 Masehi.
Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan di Karangagung Tengah tidak hanya bersifat regional, tetapi telah mencapai tingkat internasional.
BACA JUGA:Destinasi Wisata Danau Ulak Lia Paling Terkenal di Sekayu Muba, Ramai Dikunjungi Lho di Sini !
Dampak Perdagangan Karangagung Tengah: Jejak Sejarah yang Abadi
Perdagangan prasejarah di pantai timur Sumatera Selatan, berdasarkan Situs Karangagung Tengah, tidak hanya memberikan gambaran tentang kehidupan ekonomi dan budaya pada masa itu, tetapi juga menciptakan jejak sejarah yang abadi.
Wilayah ini, dengan keberagaman tinggalan arkeologisnya, menjadi saksi bisu dari keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam jaringan perdagangan maritim yang luas.