Mulai dari bersepeda keliling pulau hingga menjelajahi tempat-tempat menarik, setiap sudut Pulau Kemaro menyimpan kejutan dan petualangan.
Aktivitas bersama seperti perahu dayung dan piknik keluarga di tepi sungai dapat menjadi momen yang tak terlupakan.
Daya Tarik Pulau Kemaro:
Pulau Kemaro menawarkan objek wisata menarik bagi pengunjung, antara lain vihara China (klenteng Hok Tjing Rio), kuil Buddha, dan pagoda berlantai 9.
Pulau ini dinamai "Kemaro" karena tidak pernah tenggelam meskipun saat pasang air sungai.
BACA JUGA:Selain Danau Shuji, Ada Destinasi Wisata Terbaru di Muara Enim Sumatera Selatan, Indah dan Sejuk !
Pagoda yang terletak di tengah pulau menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.
Pagoda ini memiliki arsitektur yang mirip dengan pagoda di Cina.
Bagian atas bangunan digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat Buddha, terutama oleh masyarakat Tionghoa.
Pada saat perayaan Imlek dan hari raya Buddha lainnya, pagoda ini ramai dikunjungi oleh masyarakat.
Pagoda juga sering digunakan sebagai tempat menginap oleh peserta festival Imlek.
BACA JUGA:Wisata di Danau Ranau, Keajaiban alam yang indah di Sumatera Selatan
Di dekat pagoda, terdapat Klenteng Hok Tjing Bio, yang lebih dikenal dengan sebutan Klenteng Kwan Im. Klenteng ini dibangun pada tahun 1962.
Di depan klenteng, terdapat makam Tan Bun An, Siti Fatimah, dan pengawal mereka, yang diyakini sebagai tokoh-tokoh dalam asal-usul Pulau Kemaro.
Legenda Asal-Usul Pulau Kemaro:
Pulau Kemaro memiliki legenda terkait asal-usulnya.
Menurut cerita yang beredar di kalangan masyarakat, pulau ini berasal dari kisah cinta antara Siti Fatimah dan Tan Bun An.
BACA JUGA:Dekat dan Murah! Disini Tempatnya, Destinasi Wisata Alam yang Lagi Viral di Palembang, Dijamin Buat Happy!
Siti Fatimah adalah keturunan Raja Sriwijaya yang beragama Islam, sedangkan Tan Bun An adalah putra Raja Tionghoa yang beragama Buddha.
Meskipun mereka berasal dari agama dan etnis yang berbeda, mereka tetap mempertahankan hubungan cinta mereka hingga ke jenjang pernikahan.
Tan Bun An membawa Siti Fatimah ke negaranya untuk meminta restu dari orang tuanya.
Setelah pernikahan mereka disetujui, orang tua Tan Bun An memberikan hadiah berupa tujuh guci besar berisi emas kepada pasangan tersebut. Setelah beberapa waktu, mereka kembali ke Palembang.
Ketika berada di Palembang, Tan Bun An membuka hadiah dari orang tuanya dan terkejut karena guci-guci tersebut berisi sayuran sawi yang sudah membusuk.
BACA JUGA:Ingin Liburan Romantis? Ininih, 6 Destinasi Wisata Favorit Oku Selatan, Cek Nomor 2, Mitos Buat Hubungan Awet!
Tanpa berpikir panjang, guci-guci itu dibuang ke Sungai Musi. Saat akan membuang guci terakhir, guci itu jatuh dan pecah di atas dek kapal.
Di dalamnya terdapat emas.
Merasa bersalah telah membuang hadiah dari orang tuanya, Tan Bun An terjun ke Sungai Musi untuk mengambil emas tersebut.
Pengawalnya juga ikut terjun untuk membantu, namun keduanya tidak pernah muncul kembali.
BACA JUGA:Menjelajahi Sekanak Sidewalk, Anak Sungai Musi yang Indah di Kota Palembang
Siti Fatimah akhirnya juga terjun ke Sungai Musi untuk menyusul suaminya, dan mereka tidak pernah muncul lagi.