Pada tahun 2023, nilai dolar terapresiasi terhadap kebanyakan matauang utama lainnya di dunia dengan the Fed terus mempertahankan tingkat bunganya di level yang tinggi dalam rangka mengendalikan inflasi yang terus naik dan mencapai puncaknya sebesar 9.1% pada tahun 2022.
Terapresiasinya dolar AS juga disebabkan karena naiknya yield obligasi treasury AS dan meningkatnya permintaan terhadap asset yang aman.
BACA JUGA:Implementasi UU Nomor 20/2023. CPNS di Gelar 3 Bulan Sekali.
Memulai awal tahun 2023, indeks dolar AS berada pada ketinggian di level 104.685 pada tanggal 3 Januari 2023. Pada tanggal 2 Oktober 2023, indeks dolar AS berhasil naik sampai ke level 107.029. Namun setelah itu dolar AS berbalik turun karena semakin meningkatnya eskpektasi bahwa bank sentral AS, the Fed, telah selesai dengan siklus kenaikan tingkat bunganya.
Persepsi pasar bahwa bank sentral AS telah selesai dengan siklus kenaikan tingkat bunganya didukung oleh mulai melambatnya perekonomian AS dan melonggarnya kondisi pekerjaan di AS.
Pada hari Rabu tanggal 6 Desember 2023, ADP mengatakan bahwa pada bulan lalu diciptakan pekerjaan sebanyak 103.000 di sektor swasta AS. Data ini meleset secara signifikan dari yang diperkirakan oleh para ekonom sebanyak 130.000. Sementara data employment sektor swasta pada bulan Oktober direvisi turun ke 106.000 pekerjaan, turun sedikit dari perkiraan awal sebanyak 113.000.
BACA JUGA:Melonjak ke Langit, Harga Emas Antam Terjun Bebas ke Rp1,10 Juta per Gram!
Sementara itu, data pekerjaan Job Openings and Labour Turnover Survey (JOLTS) yang keluar pada hari Selasa juga lebih buruk daripada yang diperkirakan. Data pekerjaan JOLTS AS turun sebesar 617.000 ke 8.733.000 pada bulan Oktober. Angka ini juga adalah angka terendah sejak bulan Maret 2021.
Data – data ekonomi AS yang mengecewakan ini membuat indeks dolar AS terbebani dan indeks dolar AS tertekan ke 103.705 pada hari Kamis, tanggal 7 Desember 2023.
Pada tahun 2024, dolar AS bisa saja berhasil mempertahankan kekuatannya atau bahkan lebih kuat lagi menghadapi rival – rival utamanya. Performa ekonomi negara – negara lain, khususnya Cina dan Eropa dengan kebijakan moneternya masing – masing akan menjadi faktor penentu yang signifikan. Dolar AS yang kuat akan membuat harga emas dipandang menjadi mahal dan menjadi kurang menarik bagi para pembeli internasional yang bukan dari Amerika Serikat.