Mengupas Faktor Psikologis dan Neurologis dalam Menentukan Kemampuan Mengingat Informasi

Mengupas Faktor Psikologis dan Neurologis dalam Menentukan Kemampuan Mengingat Informasi

SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Kemampuan manusia untuk mengingat dan menyimpan informasi adalah bagian integral dari interaksi kita dengan dunia.

Namun, saat kita mempertimbangkan kompleksitas mekanisme memori, peran psikologi dan neurosains menjadi semakin signifikan.

Membawa kita lebih dalam ke dalam dunia psikologi dan neurologi, mengungkapkan bagaimana faktor-faktor ini berkontribusi pada berbagai jenis lupa yang sering kita alami.

Dampak Gangguan Kesehatan Mental pada Fungsi Memori:

Psikologi memainkan peran penting dalam menentukan sejauh mana kita dapat mengingat informasi dengan baik.

BACA JUGA:Pentingnya Pola Tidur Cukup! Kunci Menjaga Kesehatan Otak & Mengatasi Jenis Lupa, Ini Langkahnya

Gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dapat memiliki dampak serius pada kemampuan kognitif kita.

Depresi sering kali dikaitkan dengan penurunan daya konsentrasi, ketidakmampuan untuk fokus, dan bahkan gangguan ingatan.

Orang yang mengalami depresi mungkin merasa sulit untuk mengingat informasi sehari-hari, terlepas dari seberapa pentingnya informasi tersebut.

Kecemasan juga dapat memengaruhi fungsi memori dengan cara yang serupa.

Orang yang mengalami kecemasan kronis cenderung memiliki pikiran yang bergejolak dan sulit untuk merespon dengan jelas terhadap situasi sekitar.

BACA JUGA:Wow! Nutrisi Ajaib Rumput Laut: Penguatan Kekebalan Tubuh dan Perisai Anti Penyakit serta Infeksi, Cek!

Ini dapat mengganggu kemampuan mereka untuk mengingat informasi secara efektif.

Dalam konteks ini, melibatkan psikoterapi dan manajemen stres dapat membantu mengurangi dampak negatif gangguan kesehatan mental pada kemampuan mengingat informasi.

Pelepasan Hormon Stres dan Pengaruhnya pada Memori:

Ketika memasuki domain neurologis, kita menemukan bahwa stres memiliki pengaruh yang mendalam pada fungsi memori.

Stres kronis atau pengalaman trauma dapat memicu pelepasan hormon stres, seperti kortisol dan epinefrin.

Hormon-hormon ini pada dasarnya merangsang respons "fight or flight", yang pada gilirannya merusak sel-sel otak dan area yang terlibat dalam konsolidasi memori.

Sumber: