Penderita ISPA Metropolitan Bertambah, Udara Palembang Masuk Level Bahaya.

Penderita ISPA Metropolitan Bertambah, Udara Palembang Masuk Level Bahaya.

Ilustrasi : Penderita ISPA Metropolitan Bertambah, Udara Palembang Masuk Level Bahaya, pakai masker untuk keamanan.-Foto: google/net-

Penderita ISPA Metropolitan Bertambah, Udara Palembang Masuk Level Bahaya.


SUMEKSRADIONEWS.ONLINE- Kabut asap terus menerpa kota Palembang.

Hingga saat ini, penderita inpeksi saluran pernapasan masyarakat bertambah menurut catatan indeks kualitas udara (AQI) air US kota Palembang yakni 196.

Hal tersebut di benarkan pihak satgas pengamanan kebakaran kota. Salah satunya, Kasat Pol PP Sumsel, Aris Saputra.

"Kemarin kita sudah cek di TPA Sukawinatan.
 
Masih terkendali. Namun jika dilihat lagi masih banyak titik api kebakaran di kota.
 
Seperti daerah gasing, Soekarno Hatta,"paparnya.
 
 
Menurut data WHO, suhu metropolis capai 34 derajat, angin 22,2 km/h dan tekanan angin 1007 mbar.
 
Tentu dengan kepekaan kabut dengan level berbahaya. "
 
Datanya benar. Kami sekuat tenaga lakukan pantauan dan pemadaman," paparnya.
 
Sementara itu, menurut data P2P Dinas Kesehatan Kota Palembang, dampak kabut asap terhadap ISPA secara harian juga meningkat. 
 
Seperti 23 September kasus tercatat 492 orang dan sudah naik cukup tinggi pada 25 September menjadi 721 orang. 
 
Meski demikian, terjadi sedikit penurunan angka ISPA pada 26 September 637 orang dan 27 September 611 orang kasus ISPA.
 
 
Tercatat total dari 18 Kecamatan di Kota Palembang ada sebanyak 13.753 per bulan September 2023.
 
"Pengendalian memang harus di lapangan,"singkatnya.
 
Ia juga menegaskan, salah satu cara agar tidak meluas pemantauan harus terus dilakukan. Termasuk pendinginan "Semua satuan gabungan terus memantau baik itu aparat keamanan dan pemerintah,"tutupnya.
 
Sekedar informasi, semenjak dua bulan terakhir kabut asap menyelimuti kota Palembang.
 
 
Petugas pemadam kebakaran BPBD hingga pihak kepolisian terus lakukan penanggulan dan mencari pelaku pembakaran termasuk faktor alam. *
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: