Istana Pagaruyung, Jejak Sejarah Minang yang Terus Bersinar di Sumatera Barat Hingga Sekarang
Istano Basa Pagaruyung yang lebih terkenal dengan nama Istana Besar Kerajaan Pagaruyung adalah museum berupa replika istana Kerajaan Pagaruyung -Foto:google/net-
Gagasan untuk membangun kembali Istana Pagaruyung muncul pada tahun 1968, saat Gubernur Sumatera Barat, Harun Zain, merasa pentingnya memiliki sebuah warisan yang dapat mempersatukan orang Minang setelah peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Harun Zain merasa bahwa Istana Pagaruyung memiliki makna simbolis yang kuat bagi masyarakat Minangkabau dan harus dipulihkan.
Pada tanggal 1 November 1975, sebuah perjanjian penting dibuat untuk mendirikan bangunan replika Istana Pagaruyung.
Meskipun tidak dibangun di situs aslinya, bangunan ini ditempatkan lebih selatan dari lokasi aslinya.
BACA JUGA:Mitos dan Legenda Keindahan Pantai Selatan Indonesia! Ada Apa Disana?
Pembangunan dimulai pada 27 Desember 1976, dengan upacara penanaman tonggak tua yang mengisyaratkan dimulainya proyek ambisius ini. Bangunan ini akhirnya selesai pada tahun 1985.
Singgasana di Museum Istano Basa Pagaruyung terletak di lantai dasar sejajar dengan pintu masuk-Foto:google/net-
Istana Pagaruyung yang baru ini menjadi representasi kuat dari sejarah dan budaya Minangkabau.
Hal ini juga merupakan wujud nyata dari semangat dan kegigihan orang Sumatera Barat dalam melestarikan warisan budaya mereka.
Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat bersejarah, tetapi juga menjadi pusat pariwisata yang menarik ribuan pengunjung dari seluruh Indonesia dan dunia.
Seiring berjalannya waktu, Istana Pagaruyung bukan hanya menjadi tempat bersejarah, tetapi juga ikon Sumatera Barat. Bangunan ini menjadi tempat yang melambangkan kekayaan sejarah dan budaya Minangkabau.
Wisatawan yang datang ke Sumatera Barat tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengunjungi replika istana yang megah ini.
Salah satu daya tarik utama Istana Pagaruyung adalah arsitektur uniknya. Bangunan ini didesain sesuai dengan gaya arsitektur tradisional Minangkabau, yang memiliki ciri khas atap tumpang sari.
Atap-atap yang menjulang ke atas memberikan kesan megah, sementara ukiran-ukiran rumit di dinding bangunan memperlihatkan keindahan seni tradisional Minangkabau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: