1965 Namanya Bukan Ampera! Inilah Kisah di Balik Nama Jembatan Ampera yang Ikonik, Simbol Kota Palembang

1965 Namanya Bukan Ampera! Inilah Kisah di Balik Nama Jembatan Ampera yang Ikonik, Simbol Kota Palembang

Kisah di Balik Nama Jembatan Ampera yang Ikonik-Foto: google/net-

1965 Namanya Bukan Ampera! Inilah Kisah di Balik Nama Jembatan Ampera yang Ikonik, Simbol Kota Palembang



SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Jembatan Ampera, sebuah simbol yang mencolok dan identik dengan kota Palembang, terkenal sebagai salah satu jembatan terpanjang di Indonesia dan Asia Tenggara.

Namun, sedikit yang tahu bahwa jembatan megah ini awalnya tidak dikenal dengan nama Ampera, dan memiliki sejarah yang kaya dan beragam sebelum akhirnya menjadi apa yang kita kenal saat ini.

Dikutif dari sumeks.co, menyelami kisah yang tersembunyi di balik nama dan sejarah Jembatan Ampera yang ikonik.

Awalnya, Jembatan Ampera, yang melintasi Sungai Musi, adalah penghubung vital antara Seberang Ilir dan Seberang Ulu di kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan, Indonesia.

Pada saat peresmiannya di tahun 1965, jembatan ini diberi nama Jembatan Bung Karno, merujuk pada Presiden pertama Indonesia, Soekarno, yang dihormati sebagai pejuang kemerdekaan.

BACA JUGA:Momen Sejarah! Prasasti Kedudukan Bukit jadi Saksi Bisu Nama Kota Palembang Zaman Dahulu di Kejayaan Abad ke-7

Sejarah Jembatan Ampera bermula dari gagasan untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang, Seberang Ilir dan Seberang Ulu, dengan sebuah jembatan yang menghubungkannya.

Gagasan untuk membangun jembatan ini sudah muncul sejak tahun 1906, saat zaman Gemeente Palembang.

Namun, usaha tersebut terbengkalai hingga tahun 1924, saat Le Cocq de Ville menjabat sebagai Wali Kota Palembang.

Meskipun ada usaha keras untuk merealisasikannya, proyek tersebut tak kunjung terwujud hingga masa jabatan Le Cocq de Ville berakhir dan Belanda meninggalkan Indonesia.

Setelah kemerdekaan, gagasan membangun Jembatan Musi, yang akan melintasi Sungai Musi, kembali muncul.

Pada tahun 1956, DPRD Peralihan Kota Besar Palembang mengusulkan pembangunan jembatan ini dengan nama Jembatan Musi, mengacu pada sungai yang akan dilintasinya.

Anggaran yang tersedia saat itu sangat terbatas, dengan hanya sekitar Rp 30.000 yang diambil dari anggaran Kota Palembang sebagai modal awal.

BACA JUGA:Bahasa Sekayu, Eksplorasi! Dialek Unik Orang Musi Banyuasin

Untuk menggarap proyek tersebut, sebuah panitia pembangunan dibentuk pada tahun 1957, yang melibatkan Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, HA Bastari.

Selain itu, Wali Kota Palembang M Ali Amin dan Indra Caya juga ikut terlibat dalam upaya tersebut. Mereka melakukan pendekatan kepada Presiden Soekarno agar mendukung rencana pembangunan jembatan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: