Rahasia Terkubur Selama Dekade: Sejarah Tersembunyi Jembatan Ampera yang Nyaris Tak Pernah Ada, Ini Ceritanya!

Rahasia Terkubur Selama Dekade: Sejarah Tersembunyi Jembatan Ampera yang Nyaris Tak Pernah Ada, Ini Ceritanya!

Sejarah Tersembunyi Jembatan Ampera yang Nyaris Tak Pernah Ada-Foto: google/net-

Meskipun ada usaha keras untuk merealisasikannya, proyek tersebut tak kunjung terwujud hingga masa jabatan Le Cocq de Ville berakhir dan Belanda meninggalkan Indonesia.

Setelah kemerdekaan, gagasan membangun Jembatan Musi, yang akan melintasi Sungai Musi, kembali muncul.

Pada tahun 1956, DPRD Peralihan Kota Besar Palembang mengusulkan pembangunan jembatan ini dengan nama Jembatan Musi, mengacu pada sungai yang akan dilintasinya.

Anggaran yang tersedia saat itu sangat terbatas, dengan hanya sekitar Rp 30.000 yang diambil dari anggaran Kota Palembang sebagai modal awal.

BACA JUGA:Bahasa Sekayu, Eksplorasi! Dialek Unik Orang Musi Banyuasin

Untuk menggarap proyek tersebut, sebuah panitia pembangunan dibentuk pada tahun 1957, yang melibatkan Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, HA Bastari.

Selain itu, Wali Kota Palembang M Ali Amin dan Indra Caya juga ikut terlibat dalam upaya tersebut. Mereka melakukan pendekatan kepada Presiden Soekarno agar mendukung rencana pembangunan jembatan ini.

Usaha tersebut mendapatkan dukungan dari Pemprov Sumsel dan Kota Palembang serta Kodam IV/Sriwijaya.

Akhirnya, usaha ini membuahkan hasil, dan Soekarno memberikan persetujuan untuk pembangunan jembatan tersebut.

Namun, Soekarno menetapkan syarat untuk persetujuannya. Ia ingin adanya penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan tersebut. Dengan syarat tersebut, pembangunan Jembatan Musi pun dimulai.

Pada 14 Desember 1961, kontrak pembangunan Jembatan Ampera ditandatangani dengan biaya sekitar USD 4.500.000 (dengan kurs saat itu, USD 1 = Rp 200).

BACA JUGA:Inilah 5 Nama Desa di Musi Banyuasin, Unik dan Kaya!

Pembangunan jembatan tersebut difokuskan di wilayah hilir, yang merupakan pusat kota Palembang, terutama kawasan 16 Ilir.

Selama proses pembangunan, banyak bangunan peninggalan Belanda yang harus dibongkar, termasuk pusat perbelanjaan terbesar, Matahari (Dezon), Kantor listrik (OGEM), dan Bank ESCOMPTO.

Namun, menara air (waterleding), yang kini digunakan sebagai Kantor Wali Kota, tetap berdiri di bagian hulu, sebagai salah satu peninggalan bersejarah yang masih bertahan.

Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Soekarno.

Dana yang digunakan untuk pembangunan jembatan ini berasal dari dana pampasan perang yang diberikan oleh Jepang.

Tidak hanya dana, pembangunan Jembatan Ampera juga melibatkan tenaga ahli dari Jepang.

BACA JUGA:Ternyata ini Nama Kota Palembang Zaman Dahulu! di Masa Kejayaan Abad ke-7, Banyak yang Gak tau nih!

Pada awalnya, jembatan ini dikenal dengan nama Jembatan Bung Karno sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden pertama Republik Indonesia yang gigih memperjuangkan keinginan warga Palembang untuk memiliki jembatan di atas Sungai Musi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: